
Aku berdiri di atas panggung dalam wujud Damien. Damien sekarang memindai orang banyak. Aku tidak perlu melolong karena aku tidak mencari jodoh.
Aku hanya perlu berdiri di sini dan melihat anggota kawananku menemukan satu sama lain. Seperti yang dikatakan tradisi, aku harus melakukannya. Aku melihat kerumunan meledak menjadi lolongan.
Menemukan satu sama lain, satu demi satu. Itu membuatku bahagia. Bahagia untuk sosok monster yang tak berperasaan.
Lalu aku melihat Zade dari sudut mataku. Aku melihat ke betaku dan melihat dia berhenti melolong. Matanya sudah benar-benar hitam.
Mereka terpaku pada seseorang di antara kerumunan.
Sial. Dia telah menemukan jodohnya.
Aku mengikutinya dengan mataku dan melihatnya mengambil serigala betina pendek dan memutarnya saat dia mengunci kakinya di pinggangnya dan mereka mulai saling melahap dalam ciuman.
Gambar itu membuatku memutar mataku dan sisi serigalaku gusar. Aku senang dia menemukannya, tetapi lebih menyenangkan lagi jika memiliki teman yang tidak berurusan dengan jodoh yang menempel padanya.
Sekarang dia akan punya anak dan terpaku pada jodohnya, pikirannya tidak akan tertuju pada tantangan yang ada.
Namun, jodoh Zade tampaknya tangguh. Tubuhnya mungkin kecil, tapi aku merasakan kekuatan besar padanya. Dan dia tampak seperti betina yang patut dikagumi.
Sebuah lolongan mengalir di udara. Hanya itu yang bisa aku kudengar. Aku tidak mendengar orang banyak lagi. Semuanya kecuali musik beludru itu telah lenyap.
Aku merasa tubuh serigalaku yang sudah sangat besar mulai tumbuh. Otot-otot tegang. Energi berubah, dan kemudian kerumunan menjadi sunyi dan semua mata tertuju kepadaku.
Damien melepaskan lolongannya yang menggelegar untuk membalas panggilannya. Dan bahkan makhluk hutan pun terdiam. Bumi sendiri telah berhenti bergerak pada saat ini.
Aku tidak dapat melihat jodohku, tetapi aku mendengarnya. Raunganku akan memaksanya untuk berubah wujud sepenuhnya, membuat semua orang tahu dia milikku. MILIKKU!
Hanya lolongan Raja Alpha yang akan memaksa jodohnya berubah sepenuhnya selama upacara perkawinan. Ini adalah klaim publik di atas semua klaim.
Mata terbelalak dan lautan manusia terkesiap.
Mereka perlahan-lahan berpisah di tengah, memberiku jalan yang jelas menuju wanita yang menjadi jodohku.
Jalannya melebar saat aku turun dari panggung dan menuju jodohku.
Aku melolong lagi dalam kemenangan dan juga memperingatkan semua orang untuk bergerak saat aku berjalan ke arahnya.
Orang-orang terakhir bergerak menjauh dari pandanganku, memungkinkan aku untuk melihat serigala betina putih salju yang indah. Aku berhenti sebelum mencapainya dan melihat dia tidak hanya putih.
Bulunya benar-benar bersinar dengan cahaya biru. Tidak pernah dalam sejarah aku mendengar atau melihat serigala bersinar di bawah sinar bulan, tapi memang begitu.
Jodohku yang cantik memancarkan aura biru yang begitu cerah sehingga orang lain mulai mengalihkan pandangan mereka.
"MILIKKU!" Aku menggeram keras untuk menyatakannya secara verbal kepada dunia.
Kerumunan menjadi sunyi, dan aku mendengarnya melolong. Deru perintah mutlak. Lolongan dari semua lolongan.
Cypris merengek dan mulai mengambil alih tubuhku.
Sial. Aku tidak seharusnya berubah sepenuhnya. Mengapa aku berubah? Tunggu, sial. Apakah Cypris baru saja mengatakan jodoh?!
Tubuhku mulai berubah lebih cepat sampai aku di posisi merangkak dan Cypris telah sepenuhnya mengambil kendali.
Raja Alpha. Leviathan. Serigala hitamnya yang tampan berjalan perlahan ke arahku seperti predator yang akan menerkam mangsanya.
Aku mendengar lolongannya yang kedua, dan orang-orang yang terakhir berpisah untuk memberi jalannya. Menuju diriku.
Kalau begini, mana mungkin bisa tidak menarik perhatian?
Dia menggeram, dan tubuhku mulai berdengung dengan energi gila yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku merasakan begitu banyak kekuatan yang menyelimuti tubuhku, hingga terasa di awan-awan.
Aku melihat mata hitamnya menatapku dengan takjub. Seperti aku satu-satunya makhluk di bumi dan tidak ada hal lain yang penting.
Aku meraihnya, dan serigalaku membungkuk, menunjukkan lehernya sebagai tanda tunduk kepada Raja Alpha. Dia menatap dengan takjub. Lalu melolong ke langit di atas.
Kerumunan mengikuti di belakang, melolong sebagai bentuk kebahagiaan mereka kepada sang dewi. Aku tetap tertunduk dalam keadaan linglung. Tidak sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi.
Aku melihat Raja berubah kembali ke bentuk manusia, dan dia meletakkan tangannya di bulu serigalaku. Mengelusnya. Menunjukkan dominasinya.
Dia menatap mataku dan memerintahkan, “Berubah!”
Suaranya terdengar kasar dan marah. Gawat.
Tubuhku menurut dalam sekejap, kembali ke wujud manusiaku. Aku berdiri di depan manusia setinggi dua meter ini.
Dia menatapku dari atas ke bawah, seluruh bagian tubuhku. Matanya masih hitam, menunjukkan dia tidak dalam kendali penuh.
Aku merasakan tangannya meraih di bawah daguku, menarik kepalaku ke atas sehingga aku menatap matanya. Aku merasakan percikan api di mana dia menyentuh. Tubuhku berubah menjadi api.
Namun, rasanya sangat nikmat. Dia menatap mataku dan mulai berbicara.
"Kamu tidak tunduk kepada siapa pun."
Suaranya terdengar seperti surga, dan pikiranku mulai berpacu.
“Para wanita dan serigala!” dia mengumumkan kepada orang banyak.
"Ratu Luna kalian!"
Kerumunan menjadi gila. Mereka meledak menjadi sorak-sorai sambil melompat dan melolong dan meneriakkan pujian mereka.
Astaga. Apakah dia baru saja mengatakan Ratu Luna?
Maksudku, aku jodohnya, jadi tentu saja, itu akan membuatku menjadi Ratu Luna, tapi sial, apa yang telah kulakukan!
Permainan macam apa yang dimainkan Dewi Bulan, menjodohkanku dengan Raja Alpha yang menakutkan?
Dengan itu dia meraih pinggangku dan menarikku lebih dekat, tubuh kami hampir bersentuhan. Muatan listrik berdengung di antara kami, memohon untuk disentuh.
Dia meletakkan tangannya di dasar punggungku dan menarikku menjauh dari kerumunan ke dalam hutan.
Itu dia. Aku akan mati. Dia membawaku ke hutan untuk membunuhku. Tunggu, dia mengumumkan bahwa aku adalah ratunya. Apakah dia benar-benar akan membunuhku setelah mengumumkan itu?
Sial, sial, sial, sial!
Pikiranku berpacu dengan panik, tetapi semua pikiran tertuju kepadanya. Dia telah mengambil setiap pemikiran dalam diriku dan menjadikannya miliknya. Yang bisa kupikirkan hanyalah perasaan tangannya di kulitku.
Aroma cedar yang terpancar darinya. Mata emasnya yang bersinar. Rambut hitamnya yang halus. Wajah yang dicukur bersih. Rahangnya yang tajam memancarkan kejantanan.
Jantungku mulai berpacu, dan wajahku terbakar oleh rona merah. Aku yakin wajahku memerah seperti ceri. Aku bisa merasakan cairan menggenang di antara kedua kakiku.
Gairahku melayang di udara. Kelembapan merembes ke bawah kakiku.
Senyum nakal menyebar di wajahnya. Sangat seksi. Matanya berkedip ke arahku saat dia masih membawaku lebih dalam ke hutan.
Ketika dia berhenti, dia membantingku ke pohon ek raksasa.
“Siapa namamu, Dewi?” dia gusar.
"Um, aku, um..." Aku tergagap karena kata-kataku, nyaris tidak bisa menemukan suaraku.
“Asa… aku, eh, maksudku AsaLynn, Raja Alpha. Nama aku AsaLynn.” Kata-kataku keluar sedikit lebih mencicit ketimbang biasanya.
“Aku bisa mencium bau alpha dalam darahmu. Dan sesuatu yang lain. Aroma apa itu?"
Sial, jangan ini lagi.
"Aku tidak tahu, Raja, aku hanya aku."
Aku merasa intiku berair lagi. Sialan! Kenapa dia begitu seksi, dan kenapa aku tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri!
Tawa kasar keluar dari mulutnya.
Dia bisa menyebut namaku jutaan kali, dan menurutku kadar keseksiannya tak akan berkurang. Seperti musik di telingaku.
Dia menyandarkan kepalanya di samping leherku. Menghirup dalam-dalam. Menahan aromaku. Lalu dia menjilat tempat di antara leher dan bahuku di mana dia pasti akan menandaiku kapan saja.
Kemudian dia menarik diri.
Tubuhku langsung menjadi dingin. Seperti semua panas di dunia menarik diri saat dia memberi ruang di antara kami.
Aku merasa sangat kesepian, meskipun dia berdiri di sana. Apa yang salah denganku? Apakah ini ikatan yang dibicarakan semua orang?
Leviathan menatapku dan mengendus gairahku lagi, dan aku melihat tinjunya mengepal. Dia menahan diri. Mengapa? Jodoh tidak menahan diri.
Namun begitulah dia, tidak menyentuhku saat aku sangat membutuhkan sentuhannya.
“Ayo kembali ke rumah, dewiku,” kata Leviathan sambil berbalik dan mulai berjalan pergi.
Aku ikut. Tidak yakin apa yang terjadi. Kata-kata dan tindakannya bertolak belakang. Dia menatapku dengan nafsu dan keinginan.
Dia berbicara dengan begitu banyak emosi, tapi entah bagaimana masih terasa dingin.
Kami kembali ke rumah kawanan, dan aku mulai menaiki tangga. Berhenti di lantai dua tempat kamarku berada.
Aku menundukkan kepalaku dan mulai berjalan menjauh dari jodohku menuju kamarku ketika aku merasakan tangannya meraih pergelangan tanganku.
Aku merasakan gelombang listrik melalui pergelangan tanganku dari sentuhannya. Kepalaku tersentak ke belakang untuk melihat mengapa dia menghentikanku. Dia terlihat… marah?
Kata-katanya membuatku merinding. Begitu menuntut. Begitu mutlak.