
PT Ibu Peri
Setiap orang pasti berharap bisa punya ibu peri, bukan? Nah, Viola mengetahui bahwa dia memilikinya—dia hanya perlu menandatangani surat persetujuan, dan semua impian romantisnya akan menjadi kenyataan! Kesalahan apa yang mungkin terjadi?
Bagaimana dengan fakta bahwa sekarang Viola harus bersaing dalam sebuah permainan berbahaya melawan wanita lain untuk memenangkan hati pangeran rupawan? Mari mulai pertempurannya!
Rating Usia: 18+
Bab 1
Buku Satu: Bidadari Apollo
Lubang Neraka menyemburkan dan menutupi seluruh umat manusia dengan bau tajam telur busuk yang menyimpan bara api Hades.
Hati yang berdarah.
Aku menyeka butir-butir keringat dari alisku dan menghirup udara lembap yang seolah mencekikku dengan kepalan tinju yang mencengkeram tenggorokanku, mengawasiku dengan puas saat aku tergagap mencari udara untuk bertahan hidup.
Jika aroma pekat itu dapat berubah wujud menjadi daging dan darah, aku akan berusaha mencungkil matanya, bertarung layaknya kucing liar, berusaha melepaskan cengkeramannya yang kencang dari leherku.
Aku tidak yakin apa jenis kelamin iblis beraroma pekat dan lembap ini, tapi aku tetap berusaha menendang selangkangannya. Tak membuahkan hasil, tubuhku malah terlempar ke dinding saat berusaha memberikan perlawanan, karena makhluk halus ini tidak tersentuh.
Namun, aku tidak mati. Udara lembap yang menjijikan mengizinkanku sedikit bernapas, setidaknya cukup untuk membuatku tetap hidup dan melanjutkan siksaan ini.
Rengekan keras AC-ku seolah berubah menjadi tawa bernada tinggi, mengungkapkan dirinya yang sebenarnya, bergabung menjadi salah satu orang jahat yang menyiksaku! AC Itu memang tidak pernah bermaksud untuk mendinginkan ruangan.
Kebohongan—pengkhianatan.
Apakah aku kedengaran dramatis?
Jujur, aku agak tergoda menyaksikan berita di TV untuk melihat ramalan cuaca. New Orleans selalu terasa seperti dua jengkal dari Neraka pada bulan Juli.
Dan tinggal di lantai atas rumah tua bergaya Victoria tidak benar-benar membantu. Rumah ini hampir terasa seperti kayu tua angker yang banyak penunggunya, untuk mengambil alih jiwa-jiwa yang menghuni tungku perapian ini.
Namun, masalah yang sebenarnya.
Ini lebih besar dari neraka apung yang saat ini mengelilingi kota New Orleans.
Aku memegang surat, warna emas berkilau, yang diselipkan di bawah pintu rumahku pagi ini. Saat di luar masih gelap gulita. Pagi buta, teman-teman!
Setahuku, tidak ada jasa pengiriman kantor pos yang mengantarkan paket dengan menyelipkan barangnya di bawah pintu rumah orang pada pukul empat pagi.
Kenapa tidak? Karena tidak wajar, dan bukan begitu cara institusi profesional menjalankan bisnis. Mereka akan bekerja pada jam kerja normal.
Hanya orang-orang yang mentalnya tidak stabil yang mengirimkan surat pada pukul empat pagi dengan menyelipkan surat di bawah pintu rumahmu, dia mungkin melakukannya sambil terengah-engah dan penuh semangat.
Kau pasti tahu siapa yang aku bicarakan: penguntit, pembunuh berantai, psikopat.
Freddy.
Sesuatu yang sangat menakutkan, yang kemudian akan menjadi awalan sebuah film horor dengan anggaran minim.
Aku akan berlari, dengan belahan dada ke mana-mana, dan ekspresi terkejut seolah-olah tersandung sesuatu, kemudian dibunuh secara brutal dengan kapak.
Namun, tidak, bukan seperti itu isi suratnya, sangat berbeda dari yang aku gambarkan barusan.
Isi suratnya lebih santai. Untuk sesaat, aku yakin sedang diundang ke Pabrik Cokelat Willy Wonka, memegang secarik tiket emas.
Percaya atau tidak, surat ini jauh lebih aneh dari itu. Surat ini adalah alasan mengapa aku tidak yakin jika aku bisa hidup normal di tengah masyarakat umum
Aku menggeser tubuhku saat menatap surat kiriman makhluk halus itu yang sontak menerangi jari-jari dan setengah lenganku. Kertasnya lembut seperti bulu, dan aku bisa mendengar gemerincing samar, bayangkan saja jika kau sedang mengguncang Tinkerbell secara tidak beraturan.
Rupanya, teman-teman, Ibu Peri yang secara langsung mengirimkan suratnya kepadaku untuk mengundangku menjelajahi dunia romantis khayalan dengan penawaran besar. Salah satunya berjodoh dengan pangeran rupawan.
Aku meletakkan tanganku di atas dahiku yang sudah panas mendidih dan membaca surat itu lagi, hanya untuk mengonfirmasi semangatku yang tak keruan.
Kau paham maksudku, kan?!
Wanita ini mengetahui beberapa hal tentang kehidupan pribadiku, dan satu hal yang pasti, aku tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang pilihan buruk yang kubuat dalam hidup. Hal itu selalu aku simpan antara aku, diriku, dan saya.
Dan, yang lebih penting, karena aku tidak punya teman dan keluarga tempatku bercerita.
Orang tua angkatku hanya menyayangiku ketika waktunya pelaporan pajak atau ketika seseorang membutuhkan pengasuh untuk tujuh anak mereka ketika mereka pergi keluar untuk bersenang-senang.
Aku hanya menatap surat itu selama beberapa detik, jantung berpacu tak keruan. Satu-satunya hal yang sedikit masuk akal dari surat undangan ini adalah mereka terdengar tulus. Yang kemungkinan besar salah. Aku tertawa.
—Aku mendengar suara kilauan dengan jelas.
—PT Ibu Peri terdengar sedikit mirip dengan film Hunger Games—tetapi khusus orang-orang yang suka berkhayal tentang romantisme tanpa harapan.
—Pertemuan di tengah malam untuk menemukan Tn. Charming mungkin merupakan pertanda bahaya.
Aku berpikir tentang ini.
Jika ini adalah acara TV dengan kamera tersembunyi atau studi ilmiah untuk menguji wanita bodoh dan mudah ditipu, maka aku akan bersedia ikut serta dengan senang hati. Mungkin mereka akan menawarkan bimbingan konseling secara gratis kepada kami? Aku mungkin akan diberikan hadiah atas partisipasiku.
Ini bisa menjadi penelitian yang disetujui oleh Dr. Phil! Maksudku, aku selalu ingin mendapatkan bimbingan konseling, itu keinginanku yang tersembunyi, sebenarnya.
Aku diam-diam ingin para dokter memeriksaku dan memberitahuku apakah aku benar-benar psikotik atau aku telah dianiaya sepanjang hidupku, dan ini bukan kesalahanku, dan kemudian kami akan menangis bersama setelahnya.
Aku bisa meluapkan semua emosi yang sekian lama kusembunyikan!
Aku bisa dikirim ke pusat rehabilitasi pinggir pantai yang sangat indah.
Apakah aku akan melakukan ini?
Tengah malam hari ini.
Aku kembali melirik surat yang bersinar itu dan tidak bisa menghentikan senyuman konyol dari wajahku.
Aku telah membeli tiket ke Kota Gila.
Atau tempat tidur yang empuk di pusat rehabilitasi.














































