Galatea logo
Galatea logobyInkitt logo
Get Unlimited Access
Categories
Log in
  • Home
  • Categories
  • Log in
  • Get Unlimited Access
  • Support
Galatea Logo
Support
Werewolves
Mafia
Billionaires
Bully Romance
Slow Burn
Enemies to Lovers
Paranormal & Fantasy
Spicy
Dark
Sports
College
See All Categories
Rated 4.6 on the App Store
Terms of ServicePrivacyImprint
/images/icons/facebook.svg/images/icons/instagram.svg/images/icons/tiktok.svg
Cover image for Bertemu Penculikku Lagi

Bertemu Penculikku Lagi

Bab 6

Talia

Talia membeku, jantungnya berdegup kencang di dadanya.

"Kau terlihat sangat cantik malam ini," bisik Axel di telinganya. Dia bisa merasakan napas pria itu terasa panas di lehernya, tangan pria itu meluncur menaiki pahanya.

Tubuhnya terbakar, merinding karena sentuhan Axel.

"A-Axel." Dia terkesiap saat bibir Axel menyusuri lehernya.

Axel adalah orang asing baginya. Psikopat gila yang menculiknya. Lalu kenapa sentuhannya terasa begitu nikmat?

Talia menggelengkan kepalanya, mencoba menjernihkan pikirannya. Sebagian dari Talia ingin tetap berada di pelukan Axel, tapi dia mencoba menggeliat.

“Kenapa, manis?” Axel bertanya, mengencangkan cengkeramannya. "Aku tahu kau berdandan hanya untukku."

"Tidak, bukan untukmu," katanya, berjuang untuk lepas dari pelukan pria itu.

Tiba-tiba cengkeraman Axel semakin erat. Sedemikian rupa sehingga mulai menyakiti Talia.

"Lalu untuk siapa kau berdandan?" dia bertanya, suaranya garang.

Ketakutan menjalari Talia.

"B-bukan untuk siapa pun," Talia tergagap. “Untukmu…”

"Gadis baik," bisik Axel, kemudian mengendurkan cengkeramannya.

Talia menelan ludah. Dia mencoba taktik berbeda.

"Bukankah Sophia akan marah karena kau ada di sini?" dia bertanya.

“Jangan bicara tentang dia sekarang, Talia-ku yang cantik. Aku di sini hanya untukmu malam ini.”

Jantungnya mulai berdebar kencang ketika dia merasakan ereksi pria itu karenanya, dan dia menyadari bahwa pria itu bertelanjang dada. Apa yang akan terjadi?

Talia belum pernah berhubungan seks sebelumnya karena masih perawan, dan bukan seperti ini seharusnya. Bukan seperti ini yang dia bayangkan untuk kali pertamanya. Mana mawar, lilin, sampanye-nya?

Mau bagaimana lagi? Lagian, bagaimana dia bisa menolak kemauan bos Mafia?

"Apa yang kau pikirkan?" Axel bertanya, bibirnya menelusuri lehernya dan sepanjang tulang selangkanya. Talia menggigit bibirnya, mencoba menahan erangannya. Jika Axel tahu dia menikmati ini, pasti keterusan...

"Tenanglah, Talia. Kau dan aku akan bersenang-senang malam ini, benar-benar bersenang-senang.”

Ketika tangan Axel meluncur dari pinggangnya ke payudaranya, dia mulai menggosoknya. Talia terlena dan mulai berjuang melepaskan dirinya lagi.

“Tidak, aku tidak bisa melakukan ini, Axel, tidak seperti ini.”

Axel akhirnya berhenti dan menatapnya. "Kenapa? Apakah karena London?”

"Tidak, tidak," jawabnya pelan.

“Lalu kenapa kau menolakku, Talia? Beri tahu aku satu saja alasan bagus agar aku bisa mengerti, karena aku yakin aku tidak mengerti. Kau milikku, paham? MILIKKU! Akulah yang menemukanmu dan kau milikku.”

“Bukan, Axel, aku bukan milik siapa-siapa. Aku bukan milik siapa pun yang bisa disimpan atau digunakan kapan pun.”

Axel tertawa sinis. “Oh, tapi kau milikku, Talia. Kau butuh pengingat rupanya.”

Ada apa dengannya malam ini? Dia punya Sophie dan entah kenapa dia jadi serakah dan posesif.

“Besok aku akan memberimu tugas baru, kau akan mengamati salah satu gadis terbaikku, Marize. Dan aku berharap kau bisa cepat belajar. Kau sudah membuktikan bahwa kau bisa menjadi pusat perhatian yang luar biasa, kan?”

"Tugas seperti apa yang kau maksud?" Talia bertanya, tidak menyukai nada suara Axel.

"Kau akan menjadi mata-mata untukku."

Mata Talia melebar.

"Mata-mata? Aku tidak bisa menjadi mata-mata!” Satu-satunya hal yang diketahui Talia tentang mata-mata adalah apa yang dilihatnya di film-film. Kekerasan dan rahasia. Dia tidak cukup berani untuk melakukan semua itu.

"Kau tidak punya pilihan." Axel berdiri, dan menatap Talia, kemarahan tampak di sorot matanya. Bahkan ketika Axel marah kepadanya, Talia hanya bisa melirik lengannya yang berotot, perutnya yang terpahat.

Apa yang disembunyikan penculiknya yang tampan ini darinya?

"A-aku tidak tahu cara berkelahi," kata Talia. "Apakah aku akan diberi pistol juga?"

Axel tiba-tiba tertawa. “Kau tidak akan membutuhkan semua itu.”

"Lalu bagaimana aku bisa menjadi mata-mata?" tanya Talia, bingung.

Axel tersenyum, dan Talia mulai merasa takut.

"Pria biasanya sangat terbuka kepada penari telanjang."

Continue to the next chapter of Bertemu Penculikku Lagi

Discover Galatea

Tamu AlphaSerigala Milenium Edisi NatalTidak Semua Hal TentangmuRatu LycanCocok Untuk Api

Newest Publications

Serigala MileniumMerasa DibakarAkhir PerjalananAsisten Sang Miliarder TeknologiBerahi Tak Terkendali