Selamanya - Book cover

Selamanya

Mikayla S

Ulang Tahun Lagi Untukku

Zayla

Setelah hari itu, jodoh misteriusku ini sepertinya tidak ke mana-mana. Tidak pernah cukup dekat bagiku untuk melihatnya, tetapi selalu cukup dekat sehingga aku bisa mencium baunya.

Aroma tubuhnya selalu melekat di udara di sekitarku. Terus-menerus meninggalkanku dan serigalaku dalam kerinduan.

Kadang-kadang di malam hari jika aku beruntung, aku bahkan bisa melihat bayangan siluetnya yang cepat ketika bulan dengan tepat menerpa gerakan cepatnya.

Aku mencoba selama enam tahun berikutnya untuk memunculkannya—hanya untuk melihatnya walau sekilas.

Percayalah, aku tahu betapa aku terdengar begitu putus asa, tetapi kau tidak tahu seperti apa rasanya. Sebagian besar waktuku kuhabiskan untuk berbicara dengannya tentang banyak hal... Yah, berbicara ke arah di mana kuharap dia berada.

Kulakukan apa pun untuk membuatnya berbicara, tetapi dia tetap tidak mau. Setelah ulang tahunku yang ke-15, dia tidak mengatakan sepatah kata pun kepadaku secara langsung, tapi terkadang…tepat ketika aku hampir pingsan, aku mendengarnya.

Dia bilang aku lucu, bahwa dia menikmati ceritaku, atau hanya sekadar mengucapkan selamat tidur.

Namun, setiap kali terjadi suaranya tidak sampai terdengar.

Sejujurnya, jika serigalaku tidak berupaya keras untuk menemukannya, kami mungkin juga tidak akan mendengarnya. Suaranya sepertinya selalu terbawa angin.

***

Hari ini adalah ulang tahunku yang ke-21, dan seperti sebelum-sebelumnya, aku berharap hari ini akan seperti sejak aku berusia 15 tahun. Dia akan meninggalkan hadiah di saku celanaku setelah lari bersama kawanan.

Selain kalung kupu-kupuku, dia memberiku gelang jimat emas putih yang indah yang hanya berisi jimat senter untuk hadiah ulang tahunku yang ke-16.

Aku benar-benar bingung dengan arti senter ini, tetapi hal ini terhubung dengan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah aku dapatkan jawabannya.

Jadi, aku belajar menghargai keacakan jodohku dan hadiah yang diberikannya.

Untuk ulang tahunku yang ke-17, jodohku memberiku jimat lain. Kali ini berbentuk serigala. Serigala itu diukir dari batu hitam yang memiliki guratan kecil berwarna merah dan emas.

Aku belum pernah melihat materi seperti ini sebelumnya. Sejujurnya aku sangat ingin tahu tentang batu itu dan terbuat dari apa, sehingga aku membawanya ke Paman Silas untuk mendapatkan petunjuk tentangnya.

Pamanku ini, sebagai sejarawan dalam hal-hal semacam ini, akan tahu lebih baik dari siapa pun itu terbuat dari apakah batu hitam ini.

Namun, jimat ini dan bahan pembuatnya, membuat pamanku juga sama bingung dan terpesonanya seperti halnya diriku.

Setelah mencari tahu melalui semua arsip-arsipnya, pamanku menawarkan untuk mengirimkannya ke laboratorium pengujian, tetapi hati dan serigalaku tidak bisa berpisah dengan jimat ini.

Pada usia 18 tahun, aku diberi jimat berbentuk S. Aku berasumsi itu adalah huruf dari namanya, tapi tidak ada yang tahu.

Pada ulang tahunku yang ke-19, aku mendapat jimat dengan ukiran "Lux" pada batu opal berbentuk hati.

Dan pada ulang tahun ke-20, aku mendapatkan jimat yang juga berbentuk hati, tetapi kali ini terbuat dari emas merah muda dan dihubungkan dengan simbol tak terhingga.

Pesona itu tampak hampir identik dengan tanda jodoh orang tuaku, yang membuatnya semakin istimewa bagiku. Setiap tahun dia memikirkan jimat yang diberikannya dengan sempurna, masing-masingnya lebih berarti bagiku daripada jimat terakhir yang diberikannya.

Tahun ini kegembiraanku memuncak, pikiranku berpacu sebulan sebelumnya tentang seperti apakah jimat hadiah baruku nantinya.

Maksudku, hadiah-hadiah ini adalah satu-satunya hal yang selalu bisa kuandalkan darinya, jadi tidak mengherankan jika aku mengharapkan jimat lain untuk kutambahkan pada gelang jimatku.

Namun, sebaliknya—aku tidak mendapatkan apa-apa.

Sepanjang hari aku mondar-mandir, sakit hati karena dia melupakanku. Dan pada pukul 11 malam, semua orang di rumah membisu, dan aku sangat kesal.

Setelah mengambil handuk dari lemari, aku berjalan keluar dari pintu belakang dan menyusuri jalan setapak menuju sungai.

Lama tidak terlihat, akhirnya aku bisa mencium bahwa dia ada di sini sekarang, setelah tidak muncul seharian. Namun aku bahkan tidak memperhatikan aromanya sedikit pun, walau serigalaku memohon kepadaku.

Sampai ke pantai, aku dengan cepat meletakkan handuk, membuka gelang dan meletakkannya di atas handuk sebelum melepas kaus dan bra.

Saat mulai menurunkan celana pendekku, aku mendengarnya.

Mendengus seolah-olah dia kesakitan saat celana dalamku menyentuh tanah dengan gerakan cepat.

Aku hanya bisa tersenyum. Dia biasanya sangat pandai bersembunyi, tapi malam ini aku mendapat reaksi darinya.

Aku melompat ke dalam air, berenang bolak-balik dan, membiarkan bulan menyinari seterang-terangnya dan memamerkan lekuk tubuhku yang basah dan telanjang.

Aku tetap berada di tempat yang terang…dengan begitu, jika dia berada di sini, mau tidak mau dia akan melihatku seutuh-utuhnya.

Saat berenang kali terakhir, aku mencium baunya. Gairah!

Dia pasti mendekat karena gairahnya terasa begitu kuat sehingga aku tidak bergerak di dalam air, air liurku menetes karena baunya.

Dan serigalaku mulai senewen, mencoba mencari jalan keluar dari dalam diriku untuk segera menemuinya.

Kebutuhan dasarnya untuk memuaskan rasa laparnya mengalahkan kebutuhanku sendiri untuk bernapas.

Baunya begitu kuat sehingga aku mengerang saat hormon menguasaiku.

Karena tidak tahan lagi, aku berenang ke pantai tanpa repot-repot berpakaian. Aku berjalan ke titik di mana baunya paling kuat tercium.

Dia jelas tidak ada di sana. Maksudku, dia memang tidak pernah ada di sana, tapi aku berdiri di sana sambil menyeringai, karena aku berhasil! Akhirnya aku menemukan cara untuk mendekatinya.

Tidak ingin membocorkan rencanaku, aku tertawa kecil, menggelengkan kepalaku, geli dengan lepasnya kendali dirinya sebelum berjalan kembali ke pinggiran pantai dan mengambil barang-barangku.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok