Putri Sang Naga - Book cover

Putri Sang Naga

C. Swallow

Belajar Percaya

CULLING

Aku berjalan menyusuri jalan setapak di bawah cahaya fajar, menikmati suara sepatu botku di atas jalan bebatuan. Pergeseran dan dentingan armorku menenangkanku, kilau kecilnya bersinar terang. Aku mencengkeram gagang pedangku, puas dengan beratnya yang disarungkan ke pinggangku.

Bagaimanapun, seorang Raja Prajurit harus baik penampilannya.

Aku berbelok di tikungan menuju kandang dan menemukan Midnight meringkuk seperti bola, sisik biru-hitamnya memantulkan api jingga bak matahari terbit.

"Kau seharusnya sudah bangun," panggilku. "Atau kau suka bangun sambil mendengarkan suaraku?"

Dia membuka matanya, iris perak pucatnya menatapku dengan jijik.

"Masih mendiamkanku?" aku berbisik. "Tidak penting. Bangkitlah. Ada tugas yang harus dilakukan.”

Midnight memelototiku lebih lama, tapi tak lama kemudian dia bangkit, meregangkan tubuh dari tidur dengan melebarkan sayapnya.

Aku tahu dia akan mendengarkan.

Dia pasti sudah belajar sekarang.

Aku menaikinya, mengambil tempatku di punggungnya. Aku menghirup dalam-dalam udara pedesaan segar. Aku biasanya tidak tahan dengan getaran kicau burung, tapi rasanya pas di pedesaan ini.

Kerajaan Patter adalah tempat aneh dan tenang. Rumah-rumah dikelompokkan bersama dalam tandan nyaman, pedesaan yang indah penuh dengan tanaman hijau subur dan flora berwarna-warni. Meskipun tidak punya arsitektur megah dan menjulang dari kerajaan yang lebih besar, Patter berbicara tentang kekayaan lebih damai, terlihat dalam pemeliharaan jalan dan kesehatan penduduknya.

Ini karena tanah di sekelilingnya, berlimpah dengan sumber daya. Tanahnya subur, iklimnya cocok untuk bercocok tanam. Sungai Reidmond di dekatnya merupakan jalur vital ke dan dari lautan, sumber utama perdagangan dan kekayaan. Bahkan gunung-gunung di dekatnya kaya akan logam mulia.

Dan menikahi sang putri akan memastikan klaimku atas semua sumber dayanya.

Seperti sudah ditakdirkan, dia juga sangat cantik.

Keberuntungan tersenyum kepada yang kuat.

Sebentar lagi semuanya akan menjadi milikku.

Akhirnya.

Tepat saat aku hendak membuat Midnight beraksi, sang putri berbelok di tikungan, matanya mencari-cari sampai akhirnya memandang kepadaku. Dia melambai dan berjalan turun.

Dia berpakaian seperti penunggang kuda: tunik longgar di bawah rok kulit, celana ketat kulit rusa, dan sepatu bot. Rambutnya diikat kucir kuda longgar, dan dia punya sarung tangan kulit pada tangannya.

Aku menahan kerutan saat membalas lambaiannya.

Dia seharusnya tidak mengenakan pakaian pria.

"Selamat pagi, Tuan putri." Aku tersenyum. "Datang untuk mengantarku pergi?"

"Ke mana kau akan pergi, Raja Culling?"

“Keluar untuk patroli. Ada laporan tentang peningkatan aktivitas Naga, dan aku ingin memastikan kawanan binatang buas itu tidak menjadi terlalu berani.” Aku mengencangkan cengkeraman pada pedangku, dan aku bertanya-tanya sebentar apakah aku akan sungguh melihat aksi hari ini.

Aku meragukannya.

Wajah Summer jatuh, wajahnya mulai memucat. Dia menatapku, matanya yang besar dan indah itu penuh dengan perhatian.

"Kau akan baik-baik saja?" dia bertanya.

Berharga sekali.

Aku turun dari Midnight untuk berdiri di depannya, memegang salah satu tangannya di tanganku.

“Tentu saja, Tuan putri. Aku tahu bagaimana menjaga diriku sendiri.” Aku membawa tangannya ke bibirku, menatap matanya. “Meskipun aku tersentuh oleh perhatianmu.”

Dia mengerjap, pipinya berubah menjadi merah muda. Dia tertawa, dengan lembut melepaskan tangannya dari tanganku dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

Aku tidak sabar menjadikannya milikku.

“Bagaimana kau bisa berteman dengan Naga, Raja Culling?” dia bertanya. Dia melangkah mengitariku, dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di Midnight. Midnight menegang, tetapi mengizinkan kontak. Aku melihat Summer membelai sisiknya, senyum penasaran di wajahnya.

Aku ingin menariknya menjauh, lonjakan kemarahan muncul dalam diriku. Beraninya dia? Dia adalah seorang wanita. Tidak berhak menyentuh pedang, apalagi Naga.

Aku menelan amarahku. Aku akan membuatnya senang.

Untuk saat ini.

“Berteman?” Aku bertanya. “Naga ini bukan temanku, Tuan putri. Ini adalah alat untuk kugunakan. Perpanjangan dari zirah dan pedangku.”

Midnight memelototiku, tapi aku mengabaikannya.

"Oh?" Dia mengerutkan kening, melangkah pergi. Aku melihat ketidaksetujuan di matanya, dan aku harus berusaha untuk tidak menegurnya.

"Itu benar," kataku, menjaga nada suaraku tetap ringan. “Anggap saja sebagai tuan dan pelayan. Kau harus mengerti sebagai seorang putri. Midnight perlu tahu tempatnya.”

"Begitu rupanya." Summer berbalik, berjalan kembali ke halaman kastil. “Yah, aku tidak akan menahanmu, Raja Culling. Semoga kembali dengan selamat.”

Aku menaiki Midnight, melihat Putri Summer pergi. Apakah aku membuatnya kesal?

Tidak penting.

Sikapnya bisa diperbaiki.

Sebelum aku bisa menendang Midnight untuk bergerak, dia tiba-tiba meluncur ke udara, hampir membuatku jatuh dari punggungnya. Aku dengan segera mencari-cari pegangan sebelum dia akhirnya stabil di langit.

Aku mendengarnya terkikih, dan aku mengencangkan cengkeramanku di punggungnya.

"Kau akan membayar untuk itu."

SUMMER

Aku berjalan kembali ke kastil, kekecewaan berat ada di dadaku. Aku berharap Culling bisa memberitahuku caranya berteman dengan Naga. Dia tampak begitu nyaman dengan Naga-nya, Midnight. Dia mengatakan kepadaku bahwa makhluk itu hanyalah alat untuk dia gunakan, tetapi aku merasa ada sesuatu yang lain.

Sesuatu yang tidak dia katakan kepadaku.

Dia hanya tidak tahu. Dia tidak tahu bahwa kita bisa hidup berdampingan dengan Naga tanpa menyakiti mereka dengan cambuk dan rantai. Dia tidak tahu bahwa mereka bisa dimenangkan dengan rasa hormat dan persahabatan.

Andai Ayah masih ada.

Aku berjalan kembali ke kastil, jam-jam tenang sebelum dunia terbangun memberiku kejernihan pikiran yang kubutuhkan.

Naga bisa ditangani tanpa kekerasan, tanpa obat-obatan.

Aku akan menunjukkan kepada mereka caranya.

***

Aku menyelinap ke dalam kandang sekali lagi, pemotong benda berat yang kucuri dari pandai besi tergenggam di satu tangan, set kunci curian di tangan lainnya.

Putri Summer, teman Naga, dan pencuri. Aku menggelengkan kepalaku, fokus pada tugas yang ada. Aku bisa, secara realistis—atau jujur ​​saja, kemungkinan besar—dimakan.

Naga emas terus menatapku seperti biasa, tatapannya membuatku merasa sangat gugup.

Aku beringsut maju perlahan, jantungku berdetak sampai ke tenggorokanku.

Suara benturan keras di sisiku membuatku berteriak, dan aku hampir menjatuhkan pemotong di kakiku.

Seekor Naga oranye membenturkan kepalanya ke jeruji penjara, asap hitam marah keluar dari moncongnya. Tatapannya yang penuh amarah hampir membuatku berbalik dan berlari.

Aku membungkuk untuk mengambil pemotong dengan perlahan, melemparkan tatapan tajam ke Naga oranye.

“Aku akan kembali untukmu, jika kau buang pemikiran aku ingin memakanmu,” gumamku.

Naga itu hanya mendengus, membenturkan kepalanya ke jeruji sekali lagi.

Aku hampir melompat keluar dari kulitku.

“Baik… Aku akan, ah, membiarkanmu mempertimbangkannya.”

Aku mengalihkan perhatianku ke Naga emas, dan aku bersumpah matanya berbinar geli. Aku berhenti di depan sangkarnya, hampir bisa menjangkau moncongnya dengan lenganku. Kerasnya detak jantungku membuatku tuli, dan aku yakin Naga bisa mendengarnya.

Apakah aku membuat mulut mereka berliur? Aku bertanya-tanya.

Aku berdiri di depan Naga, pikiranku mengembara kembali ke pagi itu, bertahun-tahun yang lalu, ketika Ayah meminta Naga di peternakan Peternak Tivoli untuk pergi.

Tidak ada obat-obatan, tidak ada cambuk, tidak ada rantai.

Dan dia mendengarkan.

Kita selalu mendekati Naga dari depan, dan mendatangi mereka dengan rasa hormat di hati, katanya. Sama seperti kuda yang bisa mencium bau ketakutan, Naga bisa mencium rasa hormat.

Aku berlutut.

“Aku adalah Putri Patter. Aku merendahkan diriku di hadapanmu,” aku memulai.

Naga emas mengangkat kepalanya dan menatapku dari bawah hidungnya.

“Dan aku meminta bantuanmu. Ikuti perintahku. Izinkan aku menunjukkan kepada orang-orang di kerajaan ini bahwa Naga dapat dipahami tanpa perlu kekerasan dan belenggu. Sebagai imbalannya, kau bisa bebas. Jauh dari tempat mengerikan ini.”

Aku menahan napas, menunggu semacam tanggapan.

Yang kudengar hanyalah gemeretak rantai saat Naga itu menundukkan kepalanya di atas cakarnya untuk menatapku melalui sangkar.

Aku bangkit, meraba-raba untuk mencari kunci yang benar.

"Juga, tolong jangan makan aku," gumamku pelan.

ANEURIN

Mau tak mau, aku tersenyum saat putri kecil itu berjuang memotong belengguku dengan pemotongnya. Dia membeku sesaat, melirik sekilas ke arahku sebelum melanjutkan usahanya.

Kurasa baginya senyumku akan terlihat menakutkan. Bagaimanapun juga, gigiku setajam pedang dan sama panjangnya. Tetap saja, senyumku tidak bisa kutahan.

Maaf, Putri kecil.

ANEURINSummer membebaskan aku, Saudara.
DANEMengesankan.
ANEURINSudah kubilang, dialah orangnya.
DANEAwalnya aku tidak percaya kepadamu, tapi aku tahu begitu melihatnya.
ANEURINAku akan segera kembali.

Dia selesai memotong rantai terakhir, dan aku merasakan beban belenggu terlepas dari pundakku. Namun, Racun Naga masih mengalir melalui pembuluh darahku, lukaku membuka dari cambuk dan cap panas mereka.

"Hampir selesai," aku mendengarnya berkata, suaranya seperti lonceng angin.

Dia meletakkan tangannya di atasku, dan menutup matanya dalam konsentrasi. Aku merasakan keajaiban bumi naik melalui dirinya, mengalir ke dalam diriku. Membakar racun dari dalam diriku, kekuatannya menutup luka di dagingku.

Aku menggeram puas, merasakan kekuatan kembali kepadaku.

Dia menatapku, senyumnya lebih cemerlang dari matahari di langit.

"Siap?"

Aku meregangkan sayapku sejauh yang aku bisa di ruang sempit ini, bangkit untuk melarikan diri dari penjara ini.

Aku melewati Scarlet, sisik oranyenya bersinar bahkan dalam kegelapan.

ANEURINKami akan segera kembali untukmu. Untuk saat ini, aku akan ikuti permainan si putri kecil ini.
SCARLETKenapa meladeninya? Bunuh dia dan selesaikan. Kita bisa bakar tempat ini sampai rata dengan tanah.
ANEURINBelum. Sabar.
SCARLET
SCARLETSampaikan salamku untuk Silver.

Aku mengangguk kepadanya. Sungguh menyakitkan bagiku untuk meninggalkannya di sini, tetapi manusia tidak akan membunuhnya. Scarlet akan selamat.

Summer membawaku ke halaman utama, ekspresi tidak percaya terpancar di wajahnya. Dia melihat ke belakang ke arahku setiap beberapa langkah, untuk memastikan aku tidak terbang. Aku bahkan melihatnya mencubit dirinya sendiri.

Makhluk ini terlalu menggemaskan untuk dunia ini.

Dia menyuruhku melakukan perintah sederhana, membangkitkan keterkejutan masyarakat yang makin berkerumun. Orang-orang berkumpul, meskipun menjaga jarak aman dari kami. Keributan di antara mereka mulai terdengar dan makin riuh, para penjaga ragu-ragu untuk mendekati Naga yang tidak dirantai.

Duduk.

Berbaring.

Berguling.

Wajah Summer memerah karena gembira, senyum berseri-seri di wajahnya.

Nikmati ini selagi bisa, Tikus kecil.

"Apa yang terjadi di sini?" terdengar teriakan dari kerumunan.

Penyiksa keluar dari kerumunan, cambuk bersemat di tangannya. Mataku menyipit, geraman keluar dari tenggorokanku.

Summer menatapku panik, melangkah maju dengan tangan terangkat.

"Wilkins," katanya. "Jangan maju, kumohon."

“Kau gila? Kau mungkin akan membuat kami tewas karena kebodohanmu.”

“Siapa yang sungguh bodoh di sini, Wilkins? Lihat sendiri. Aku berhasil dengan kata-kata dan kepercayaan, sesuatu yang racun dan rantaimu tidak akan pernah bisa lakukan. Naga-naga mendengarkan aku.”

"Hentikan kegilaan ini!" dia meraung. Dia mendekatiku, mengayunkan cambuknya ke udara. “Kembali ke tempatmu, binatang. Sebelum kami melumpuhkanmu.”

Aku tidak tahan lagi.

Aku menerjang ke depan, dan bahkan sebelum dia bisa bereaksi, aku sudah menjepitnya di rahangku. Dia berteriak sekali, suara yang lemah dan menyedihkan, sebelum gigiku meremukkannya, darah segar mengalir ke tenggorokanku.

Aku merasakan tubuhnya menggelinding menuruni tenggorokanku. Makanan pertama yang kumakan setelah sekian lama.

Orang-orang berteriak dan berhamburan, situasi pecah menjadi kekacauan.

Summer menatapku, ekspresi syok tergambar di wajahnya.

Aku melingkarkan ekorku di sekelilingnya dan meluncur ke langit.

Sudah waktunya aku membawanya pulang.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok