Galatea logo
Galatea logobyInkitt logo
Get Unlimited Access
Categories
Log in
  • Home
  • Categories
  • Log in
  • Get Unlimited Access
  • Support
Galatea Logo
Support
Werewolves
Mafia
Billionaires
Bully Romance
Slow Burn
Enemies to Lovers
Paranormal & Fantasy
Spicy
Dark
Sports
College
See All Categories
Rated 4.6 on the App Store
Terms of ServicePrivacyImprint
/images/icons/facebook.svg/images/icons/instagram.svg/images/icons/tiktok.svg
Cover image for Colt

Colt

Janji yang Diingkari

Ringkasan

Summer mungkin menikah dengan seorang pengusaha tampan, tetapi dia tahu sesuatu tentang temperamennya yang tidak diketahui orang lain. Ketika kakaknya mengetahui apa yang dia alami, dia memastikan Klub Motor-nya melindunginya. Hanya saja Summer tidak ingin berurusan dengan Klub Motor-nya…hingga dia bertemu dengan ”Sang Iblis”, dan menyadari bahwa tidak ada yang bisa membuat jantungnya berdebar kencang seperti pria nakal itu.
Rating Usia: 18+
Penulis Asli: Simone Elise
Summer
elliot akan membunuhku
Scorp
aku sibuk. nanti bicara lagi?
Summer
aku serius, scorp
Scorp
apa yang kau bicarakan?
Summer
selama ini aku tidak jujur ke​​padamu
Scorp
DIA MENYERANGMU?!
Scorp
dasar bajingan!
Summer
maaf aku tidak memberitahumu
Summer
namun, malam ini semakin parah
Summer
dia memukulku begitu keras hingga aku pingsan
Summer
aku tersadar sekitar 10 menit yang lalu
Summer
sekarang aku bersembunyi di kamar mandi
Scorp
aku segera ke sana
Summer
tidak!
Summer
jangan ke sini saat dia mabuk!
Summer
dia akan membunuh kita berdua!
Scorp
aku ingin lihat dia mencobanya
Scorp
di mana dia sekarang?
Summer
sepertinya di lantai bawah
Summer
dia suka mempermainkan aku
Summer
dia akan mencariku kapan saja
Summer
aku takut
Scorp
semua akan baik-baik saja
Scorp
kau bisa memanjat keluar dari jendela?
Summer
tidak, aku di lantai dua
Scorp
Ada yang bisa kau gunakan sebagai senjata?
Scorp
summer???
Summer
dia menemukan aku!
Summer
ada bayangan di bawah pintu
Summer
dia marah!!!
Summer
aku juga dengar suara guratan
Scorp
apa maksudmu suara guratan??
Summer
dia seperti sedang menyeret sesuatu ke bawah pintu…
Summer
kurasa itu pisau berburunya
Summer
scorp, aku sangat takut
Scorp
aku segera ke sana
Scorp
bajingan itu takkan berani menyentuhmu lagi
Summer
tunggu…
Summer
teriakannya berhenti
Summer
bayangannya hilang
Scorp
tempelkan telingamu ke pintu
Scorp
kau mendengar sesuatu?
Summer
langkah kaki...
Summer
dia kembali ke bawah
Summer
aku akan kabur.
Scorp
JANGAN!!!
Scorp
sekarang dia tahu keberadaanmu. Jangan keluar dari kamar mandi
Summer
aku akan mencoba pergi ke jendela kamar
Summer
aku bisa turun dari pohon
Scorp
tunggu hingga aku datang
Summer
aku harus mencobanya
Summer
dia akan membunuhku
Scorp
TETAPLAH DI SANA!!!
Scorp
Summer
Scorp
SUMMER?
Scorp
JAWAB AKU!!!

Bayangkan bertemu pria yang sempurna. Dia sukses dan tampan. Dia senang menjamu, dan seks kalian mengagumkan. Kalian pun jatuh cinta, dan tergesa-gesa menikah, lalu dia memukulmu dan kau sadar bahwa selama ini pria sempurnamu hanya kedok.

Kau pun menyadari bahwa terkadang, kebahagiaan sesaat bisa lebih indah daripada kehidupan pernikahan. Bahwa terkadang kastel bisa menjadi penjara, dan terkadang kesatria berbaju zirah itu mengendarai sepeda motor, bukan kuda.

Siapkah kau untuk perjalanannya?

BEBERAPA MINGGU SEBELUMNYA…

Summer

Ikrar, cincin, dan barang-barang mahal—begitulah pernikahan dimulai. Dengan ikrar bahwa kita akan saling mencintai selamanya, cincin untuk menandai komitmen, dan kemudian, dalam kasusku, barang-barang mahal mulai berdatangan setiap kali janji dan ikrar ini dilanggar.

Dari sepatu hak desainer dan perhiasan indah hingga liburan mewah; semua membuatku percaya bahwa semua luka dapat disembuhkan dengan hadiah.

Hingga tadi malam.

Aku berjanji mencintainya di masa senang maupun susah, dan masa susah tidak akan bertahan selamanya.

Atau setidaknya, itulah yang terus kukatakan kepada diriku sendiri karena keadaan pasti membaik. Itu sebabnya mereka mengatakan di masa senang atau susah. Namun, semalam, topeng yang dikenakan dengan baik oleh suamiku benar-benar terlepas, dan jelas sudah bahwa aku harus keluar dari sini. Aku tidak bisa tinggal lebih lama lagi.

Aku mencintai suamiku, tetapi kemungkinan untuk menjalani masa depan bersama tidak lagi realistis.

Aku berlari ke lemari, melompat, meraih tali koper, menariknya ke bawah, dan membukanya di tengah lantai.

Kubuka satu laci, kuambil paspor dan kemudian segepok uang tunai dari laci lainnya. Semua kulempar ke dalam koper. Selanjutnya, kumasukkan juga semua isi laci perhiasan ke sana.

Mengingat saat ini tahun lalu kami sedang pergi berbulan madu dan aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa pria ini… Perlahan, semakin kuat alasanku untuk meninggalkannya.

Apa yang awalnya merupakan cacian kemarahan yang muncul sesekali, atau sebuah dorongan kecil, telah berkembang menjadi ini.

Suamiku telah memukulku. Meninju wajahku. Untuk pertama kalinya, dia melewati batas yang tidak bisa ditariknya lagi.

Aku tahu itu karena alkohol. Monster itu adalah penyakitnya—bukan Elliot.

Dia pun melawannya, itu sebabnya aku tetap tinggal.

Aku terus saja percaya bahwa aku bisa mengubahnya kembali menjadi pria yang membuatku jatuh cinta. Bahwa dia akan menjadi lebih baik. Bahwa dia berurusan dengan iblis dan tidak sepenuhnya jahat.

Kini mencapai titik di mana aku harus bertanya kepada diriku sendiri: masih adakah alasan untuk tetap tinggal? Setelah pukulan fisik pertama itu, aku tahu sudah tidak ada alasan lagi.

Aku telah melakukan semua yang aku bisa. Satu-satunya pilihanku hanyalah pergi.

Jadi, bahkan dengan air mata mengalir di wajahku, sebagian karena patah hati dan sebagian lagi karena takut ketahuan, aku pun berkemas.

Kututup ritsleting koper, kuseret keluar dari lemari melewati lorong, dan bergegas menuruni tangga.

Kunci. Kunci. Kunci. Di mana kuletakkan kunciku?!

Kenapa aku tidak menggantungkannya di pengait?

Garasi kami adalah labirin mobil, dan aku kehilangan kunci satu-satunya mobil yang bisa kukeluarkan.

Akhirnya, aku menemukannya tergeletak di atas salah satu buku sketsaku.

Aku meraih tasku, menuju ke garasi, dan membuka kunci mobil.

Kemudian, aku mendengar suara kerikil dan derakan dari sebuah mobil yang melaju di jalan masuk.

Aku membeku, koperku sudah setengah masuk ke bagasi.

Sial.

Dia kembali.

Kenapa dia sudah pulang? Kupikir aku punya lebih banyak waktu!

Rasa takut yang mencekam menyerangku saat pintu garasi terbuka dan memperlihatkan mobil sportnya yang mulus beberapa meter di depanku.

Sial. Aku tidak bisa keluar sekarang meskipun ingin.

Dia mematikan mesin mobilnya.

Seketika aku menelan ludah, melihatnya keluar dari mobil, tatapan matanya bergerak dari bagasi yang terbuka menuju ke arahku dan koper.

Aku tahu itu dia dan aku sendirian di penjara yang disebut rumah besar ini. Tidak ada yang akan mendengar aku berteriak, tidak ada yang akan mendengar aku merintih, dan tidak ada yang akan mendengar konsekuensi dari tindakanku malam ini.

"Ada yang ingin kau katakan kepadaku, Summer?"

“Aku akan pergi, Elliot. Setelah tadi malam…” Kata-kataku terputus. "Aku sudah muak."

Semua ini semestinya sederhana. Dia memukulku, aku pergi. Seharusnya aku sudah sadar dari kekerasan dan teriakannya itu. Namun, saat itu aku masih ingin memercayainya. Lalu sekarang?

Tidak. Aku tidak sanggup menghadapi lagi kejadian seperti tadi malam.

“Summer, tolong jangan lakukan ini. Aku tahu beberapa bulan ini berat. Maaf, aku tidak bermaksud melakukannya. Persetan, aku rela melakukan apa pun. Aku akan mencari sponsor untuk AA sekarang.” Dia bahkan mengeluarkan ponselnya.

Perutku terasa sakit.

Aku tahu itu langkah yang besar, terutama jika terungkap ke publik.

“Kau tahu apa yang terjadi saat aku minum. Kaulah yang memberiku gelas untuk merayakan tahun pertama kita dengan bersulang.” Kata-katanya mengandung kejujuran, dan aku tahu—atau, setidaknya, aku berharap untuk percaya—bahwa jauh di lubuk hatinya, dia tidak bermaksud begitu dan penyebabnya adalah mirasnya. Dia juga benar: aku yang saat itu telah menyerahkan gelas sampanye kepadanya.

“Ayolah, Summer, aku membutuhkanmu, tolong bantu aku melewati ini. Kita akan menghadapi ini bersama, kemudian kita bisa kembali seperti dulu. Kau, aku, kita. Mari kita kembalikan pernikahan kita ke jalur yang benar. Kau tahu aku mencintaimu."

Dia mengakui kesalahannya, memohon kepadaku, dan aku tahu hanya ada satu syarat yang akan membuatku tetap tinggal.

"Aku hanya akan tinggal jika kau cari bantuan."

"Setuju." Dia segera menyanggupinya. "Kau ingat bulan madu kita? Malam pertama, kau menyeruput sangria dan bernyanyi jelek dengan iringan band. Kita bercinta di pantai, di bawah bintang-bintang. Aku ingat setiap detailnya. Itu malam terbaik dalam hidupku karena akhirnya kau menjadi milikku. Itu malam kita memulai hidup bersama.”

Dia menatap mataku. “Ingat keesokan harinya, ketika kita berada di pasar yang ramai itu dan kau jatuh cinta dengan kalung itu, kalung yang kau pakai sekarang, dan kau tidak ingin membelinya karena menurutmu terlalu mahal?”

Suaranya halus, meyakinkan, dan tidak ofensif. Ekspresinya...dia sungguh tenang, dan itu membuatku terkejut. “Dan kukatakan kepadamu bahwa kau tidak akan pernah merasa menginginkan apa pun lagi? Kita begitu bahagia, Summer. Akan kulakukan apa pun untuk membuat kita kembali seperti itu.”

Dia dengan tenang melangkah ke arahku dan aku refleks mundur satu langkah darinya.

Emosinya begitu kuat dan aku tidak bisa menghentikan air mata yang keluar dari mataku.

Air mataku membuatnya memecah jarak di antara kami, dan sebelum aku menyadarinya, dia dengan hati-hati meraih tanganku.

Aku tanpa sadar tersentak, dan kulihat serpihan rasa malu di wajahnya atas reaksiku.

Dia memberikan ciuman termanis di pergelangan tanganku, dan itu cukup untuk mengaburkan penilaianku sejenak.

"Ayo, sayangku," kata Elliot, mengambil tasku dari bagasi. "Kita masuk ke dalam."

Dan begitu saja...aku kembali ke pria, yang selama berbulan-bulan, telah mencaciku, mendorongku, dan pada akhirnya, semalam memukuliku.

Karena dia suamiku.

Karena aku masih mencintainya.

Karena aku belum tahu apa yang akan dilakukan Elliot...

Scorp
aku butuh bantuan, Summer Breeze
Scorp
aku tahu sudah lama kita tak bertemu
Scorp
namun, aku baru saja mendapat kabar gila
Summer
siapa itu?
Scorp
ketua klub motorku
Summer
sudah kubilang aku tidak mau berurusan dengan klubmu
Scorp
dengarkan aku
Scorp
dia berada di penjara 13 tahun, menunggu hukuman mati
Scorp
sekarang dia dibebaskan
Summer
orang yang memimpin pembantaian bertahun-tahun lalu?
Scorp
benar
Scorp
mereka bilang buktinya dirusak
Summer
kau mau apa?
Scorp
kemungkinan sesuatu yang besar akan terjadi
Scorp
banyak yang tidak menginginkan Iblis kembali
Scorp
aku akan membelanya.
Summer
kenapa kau tempatkan dirimu dalam bahaya?
Scorp
aku berutang kepadanya
Summer
apa maksudmu?
Scorp
kumohon, Summer
Scorp
berjanjilah satu hal kepadaku
Scorp
jika kau tidak mendengar kabarku dalam waktu 24 jam
Scorp
datanglah ke rumahku
Scorp
ada brankas di bawah tempat tidurku dengan surat wasiatku
Summer
jangan lakukan ini, Scorp
Scorp
aku tahu kau terjaga dengan baik
Scorp
jagalah bayi perempuanku juga
Scorp
selamat tinggal, Summer
Continue to the next chapter of Colt

Discover Galatea

Ilmu Sejarah Manusia SerigalaTamu AlphaAlpha dan AuroraCocok Untuk ApiSi Keily Gendut

Newest Publications

Serigala MileniumMerasa DibakarAkhir PerjalananAsisten Sang Miliarder TeknologiBerahi Tak Terkendali