Bertemu Penculikku Lagi - Book cover

Bertemu Penculikku Lagi

Tania Shava

Bab 4

Talia

Talia terbangun dengan menguap dan meregangkan tubuh. Namun, dengan hampir seketika dia merasa panik, karena dia jelas tidak berada di kamarnya sendiri. Kejadian tadi malam mulai merayap ke dalam pikirannya dan dia mulai merasa pusing.

Dia telah diculik.

Dia melihat sekeliling untuk melarikan diri, tetapi jendelanya dijeruji dan pintunya terkunci. Waduh, ini seperti penjara.

Keringat dingin mulai mengucur karena memikirkan apa yang bisa terjadi kepada dirinya. Bisa-bisanya dia sebodoh ini? Dia seharusnya menunggu Mia dan pulang bersamanya.

Entah sampai berapa lama, dia seharusnya menunggu, setidaknya akan aman sampai rumah.

Namun, tidak penting, karena semua 'seandainya' tidak bisa menyelamatkannya saat ini. Tidak pernah sedetik pun terlintas di benaknya bahwa hal ini akan terjadi kepadanya.

Mendengar cerita tentang hal-hal semacam ini dan mengalaminya sendiri adalah dua hal yang benar-benar berbeda.

"Jadi, akhirnya bangun juga."

Talia kaget setengah mati dan suaranya tercekat di tenggorokannya. Matanya terbelalak dan dia yakin akan pingsan karena ketakutan dan kecemasan yang mulai dia rasakan.

Dia tidak menyadari ada orang masuk, karena terlalu tenggelam dalam pikirannya.

Talia segera berlari menuju pintu seperti rusa panik. Saat hendak mencapai pintu, dia merasakan tangan melingkari pinggangnya dan menariknya ke belakang.

Aromanya sangat tidak asing dan dia melihat tato di seluruh tangannya.

"Kau pikir bisa melarikan diri, Talia?"

Dia gemetar ketakutan. Bagaimana orang ini bisa tahu namanya?

"Jangan diam saja ketika aku berbicara denganmu!"

"Ya, kupikir aku bisa kabur," dia tergagap.

Pria ini tertawa. Dia melepaskan pinggangnya dan membalikkan tubuh Talia sehingga menghadap ke arahnya.

"Tidak seorang pun," suaranya dingin, 'sekali lagi, tidak ada seorang pun yang telah kupilih untuk menjadi milikku, bisa meninggalkan aku, mengerti?”

Talia hanya mengangguk, muak dengan apa yang dialaminya, muak kepada pria di depannya ini.

“Oke, jadi kuberi pilihan. Kau akan menjadi tukang bersih-bersih atau juru masak.”

"Apa?" dia menganga kepadanya, JADI, ORANG INI MENCULIKKU HANYA AGAR AKU BISA MENJADI PELAYANNYA! MENGAPA DIA TIDAK MENCARI PEMBANTU SAJA SEKALIAN?

Seolah membaca pikirannya, pria itu membalasnya dengan mengatakan, "Atau kau bisa memuaskan anak buahku jika mau, mereka akan menyukai mainan seperti dirimu ini."

Talia segera setuju untuk menjadi pelayan saja, dan dia disuruh turun ke bawah, di mana dia akan menerima pelatihan dari salah satu pelayan lainnya. Setelahnya, pria itu pun pergi.

Talia pun pergi dan segera mandi cepat, ketika dia memasuki kamar tidur, dia melihat ada seragam pelayan klasik di tempat tidurnya, dia mengambilnya dan memakainya, seragam pelayan itu pendek, sepahanya saja.

Talia mengikat rambutnya sambil bercermin.

Dia turun dan melihat seorang wanita yang tampak seperti berusia pertengahan 50-an. “Hei, sayang, kau pastinya Talia. Aku Helena.”

"Hei," Talia balas menyapanya dengan lemah lembut, dan tahu bahwa dia akan langsung menyukai wanita ini.

***

Setelah dua minggu harus membersihkan rumah besar ini setiap hari, dia akhirnya menyelesaikan tugasnya dan masuk ke kamarnya.

Apa yang dialaminya benar-benar sulit dia terima, tangannya gemetar dan dia menyadari bahwa dia telah menjadi lebih kurus.

Talia telah belajar banyak tentang tempat ini. Setiap hari Jumat, mereka membawa pulang gadis-gadis yang melakukan segala macam hal.

Beberapa kali pertama, Talia merona merah karena suara-suara yang dia dengar, tapi sekarang dia sudah terbiasa.

Para pelayan di rumah ini selalu diberi waktu libur pada Jumat malam, sepanjang hari Sabtu dan Minggu. Yang dia syukuri. Mereka juga diberi aturan, mereka bisa bebas berkeliaran, tetapi jangan sampai mencoba melarikan diri.

Talia adalah pelayan termuda dari lima orang pelayan, dan tiga lainnya berusia akhir 20-an.

Dia tidak akrab dengan satu pun gadis pelayan lain, dan syukurlah hari ini adalah hari Jumat. Talia pergi ke kamarnya untuk mandi, ketika melihat orang asing di cermin.

Dia sedang bercermin.

Dia telah menjadi begitu kurus, punya kantung di bawah matanya, dan punya banyak luka dan luka bakar karena bersih-bersih dan memasak.

Dia menghela napas setelah mandi dan bersiap-siap untuk tidur. Inilah yang selalu dia lakukan dari hari Jumat sampai Minggu. Dia jarang makan dan mencoba tidur sepanjang hari sambil larut dalam depresi.

Talia tidak pernah mau repot-repot menghadiri pesta atau perkumpulan. Tidur adalah satu-satunya pelariannya.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok