Galatea logo
Galatea logobyInkitt logo
Get Unlimited Access
Categories
Log in
  • Home
  • Categories
  • Log in
  • Get Unlimited Access
  • Support
Galatea Logo
Support
Werewolves
Mafia
Billionaires
Bully Romance
Slow Burn
Enemies to Lovers
Paranormal & Fantasy
Spicy
Dark
Sports
College
See All Categories
Rated 4.6 on the App Store
Terms of ServicePrivacyImprint
/images/icons/facebook.svg/images/icons/instagram.svg/images/icons/tiktok.svg
Cover image for Serigala Berbintang

Serigala Berbintang

TIGA

“Hanya beberapa rusuk yang memar. Tidak ada yang parah.”

Sage menarik tank top-nya ke bawah dan menghela napas lega. Syukurlah, tidak ada rusuk yang patah.

“Terima kasih, Dok.” Dia tersenyum dan menulis sesuatu di buku catatannya.

"Tidak masalah. Ini beberapa obat penghilang rasa sakit. Minumlah tiga kali sehari selama empat hari.” Dok memberinya penghilang rasa sakit. Sage tersenyum kepadanya dan turun dari meja periksa.

Berjalan keluar dari rumah sakit, Sage melihat Elijah dan Romeo menunggunya. Ketika melihatnya, mereka berjalan mendekat.

"Aku baik-baik saja, hanya beberapa rusuk memar dan kekacauan emosional," katanya.

Elijah sedikit tersenyum. "Aku minta maaf ayahku membuatmu seperti ini."

"Tidak apa-apa," kata Sage sambil menghela napas. Mereka mulai berjalan kembali ke rumah. “Aku mengerti kenapa dia melakukannya dan dia benar. Aku harus melaluinya. Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya.”

Elijah meletakkan tangannya di atas bahunya. “Kita akan mencari tahu. Jangan khawatir, kau tidak sendirian.”

Sage mencium pipinya, yang mendapat geraman kecil dari Romeo. Dia memutar matanya dan juga mencium pipinya. "Bahagia sekarang?"

Romeo mendengus. "Sangat."

Mereka semua tertawa.

Saat masuk ke dalam rumah, mereka mendengar Juliet berteriak. Mereka semua berlari ke teras belakang. Rachel mengejar putrinya yang sedang memegang ember berisi air.

Sage menggelengkan kepalanya dan mendengus. "Aku akan mandi cepat." Dia menepuk punggung Romeo.

Setelah selesai mandi, Sage mengenakan celana dalam hitam dan bra hitam, lalu meraih gaun terusan warna hijau.

Rok gaun berbentuk melingkar dengan belahan yang dimulai tepat di bawah pinggul kanannya dan menunjukkan kakinya saat dia berjalan. Bagian leher gaun itu berbentuk hati dengan lengan pendek yang jatuh dari pundak.

Gaun itu bisa jadi gaun malam, bukan gaun musim panas, jika saja tidak terbuat dari bahan sederhana. Sage meraih ikat pinggang cokelat dan melingkarkannya di pinggang untuk menghiasi gaun itu.

Gaun itu agak terlalu panjang sehingga terjuntai ke lantai. Sage membiarkan rambutnya tergerai bebas.

Dia mengambil sandal dan berjalan ke teras belakang di mana perang air masih berlangsung.

Romeo dan Elijah telah melepaskan baju dan berlari mengejar Juliet yang basah kuyup.

Edward memegang Rachel saat dia tertawa dan mencoba melepaskan diri. Rick duduk di teras dan menatap mereka dengan senyum di wajahnya. Sage duduk di sebelahnya.

"Bagaimana kondisimu?" Rick menatapnya.

“Hanya beberapa rusuk memar.” Rick mengangguk dan memberinya tatapan meminta maaf.

“Aku mengerti kenapa kau melakukannya, Paman. Jangan merasa menyesal. Selain itu, Paman pernah melakukan yang lebih buruk dibandingkan sekadar rusuk yang memar. Ingat saat kau mematahkan lengan dan kakiku?”

Rick menggaruk belakang kepalanya. "Ya, aku tidak bisa melupakan itu... Masih merasa bersalah karenanya," katanya, sembari mendengus.

“Jangan khawatirkan hal itu.” Sage menyenggolkan bahunya ke bahu pamannya. “Jika aku boleh bertanya, di mana para alpha? Maksudku, bukankah seharusnya mereka bertemu dengan orang-orang yang mereka izinkan tetap berada di dalam kawanan mereka?”

Rick mengangguk. “Mereka harus pergi ke kawanan lain. Ada hubungannya dengan Geng. Seharusnya kembali besok.”

"Aku selalu berpikir salah satu dari mereka seharusnya tetap tinggal di kawanan," kata Sage.

“Biasanya begitu, tetapi ketika tahu tentang Bulan Tersesat, salah satu dari mereka pergi ke kawanan yang meminta bantuan mereka, dan yang satunya lagi pergi ke kawanan tetangga Bulan Tersesat untuk membantu mereka jika butuh,” Rick menjawab.

"Aku belum pernah mendengar alpha pergi sendiri untuk membantu kawanan lain."

Rick tersenyum. “Para Alpha ini berbeda. Mereka kenal dengan para pemimpin Geng itu, dan mereka tahu jika salah satu dari mereka bersama kawanan sekutu, Geng tidak akan berani menyerang.”

Sage mengangguk.

"Bintang! Tolong aku!" Juliet berlari ke arahnya dikejar Elijah dan Romeo yang persis di belakangnya. Sebelum Juliet bisa mencapainya, Romeo melompat di depannya dan melemparkan seember air ke atas kepalanya.

Ketika ember itu kosong, dia meletakkannya di atas kepala Juliet. Juliet dengan cepat melepasnya dan melemparkannya ke arah Romeo. "Tidak adil, kakimu lebih panjang dari kakiku!"

"Sayang sekali, gadis kecil," komentar Romeo. Sebuah air mata mengalir di pipi Juliet. Sage bangkit dan berjalan ke arahnya.

"Dasar perundung besar!" Juliet berteriak kepadanya dan berlari menuju barisan pohon.

"Tunggu, Juliet!" Romeo berteriak mengejarnya.

Sage tidak menunggu dan mengejar Juliet.

"Sage!" teriak Elijah.

Juliet menghilang ke pepohonan saat Sage menyusulnya. Meskipun kakinya kecil, Juliet masih lebih cepat darinya, berkat kecepatan siluman serigalanya.

Dengan setiap langkah yang diambilnya, Sage merasakan sakit di rusuknya, tetapi dia memaksakannya. Satu hal yang dia pelajari adalah dia harus terus berjalan, bahkan jika rasa sakitnya tak tertahankan.

Jika kau sampai menyerah, konsekuensinya bisa menjadi bencana.

Juliet terus berlari dan Sage bisa mendengar isak tangisnya, jadi dia memacu dirinya untuk berlari lebih cepat.

Ketika dia menghindari pohon besar, sebuah lengan muncul entah dari mana dan menjatuhkannya. Sage jatuh dengan keras di punggungnya dan mengerang. Sebuah tangan meraih lehernya dan mengangkatnya.

Sage didorong ke pohon dan mendengar geraman rendah. Penglihatannya mulai menjadi jelas lagi dan dia melihat salah satu pria paling tampan yang pernah dia lihat.

Pria itu berambut hitam dengan mata biru muda, sangat terang hingga hampir berwarna perak, dan otot-ototnya membuatnya tampak kekar, tapi tidak berlebihan. Dia hanya memakai celana dan bertelanjang kaki.

Ada tato yang menutupi sebagian lengan kanan atas dan dadanya. Tatonya berupa tanda yang belum pernah Sage lihat sebelumnya, tetapi masih tidak asing, seolah Sage tahu artinya.

Matanya berubah menjadi kuning, warna mata serigala, dan pria ini mengencangkan cengkeramannya di leher Sage.

Sage meraih pergelangan tangannya dan meronta-ronta agar bernapas. Dia mengangkat kakinya dan menendang selangkangan pria ini.

Pria ini mengerang dan cengkeramannya mengendur.

Serius, ini pertarungan paling seru yang pernah Sage lakukan dalam waktu sesingkat itu.

Sage menarik tangan pria ini dari lehernya dan memutar lengannya di punggungnya. Si pria menyikutnya di rusuknya dan Sage mengatupkan rahangnya untuk menahan agar tidak sampai berteriak.

Pria itu melepaskan diri dan menjegal Sage, meraih lehernya lagi dan mendorongnya lebih keras ke tanah.

Sage berteriak karena rasa sakit di rusuknya yang memar.

Sage mengangkat kakinya dan menendang ke arah kepala si pria. Pria itu mengerang dan jatuh ke samping. Sage dengan cepat bangkit dan ingin berlari ketika melihat laki-laki lain di depannya.

Dia juga hanya mengenakan celana dan sama kekarnya, tetapi punya rambut berwarna jahe dan mata hijau.

Pria lain ini menyerang dan Sage memblokir lengannya. Sage berhasil meninju perutnya, tetapi pria itu dengan cepat meraih lengannya dan membalikkannya ke punggungnya. Dia dengan cepat meraih lengannya yang lain juga.

Ketika badan Sage dibalikkan dan pria kedua ini berdiri di belakangnya dengan kedua tangan menempel di punggungnya, pria pertama mencengkeram leher Sage lagi. Sage tidak percaya beginilah cara dia akan mati.

"Jangan!" Suara Juliet memaksa pria-pria itu menoleh ke arahnya. Sage bisa melihat dua pria lain muncul di belakangnya.

"Juliet!"

Mereka mengenali Juliet.

Sage mengutuk dirinya sendiri. Dia telah bertarung dengan dua serigala dari kawanan tempat dia diizinkan untuk tinggal. Jika para alpha mengetahuinya, dia pasti akan diusir.

Dua pria lainnya berjongkok di samping Juliet.

"Tolong lepaskan dia!"

"Dia mengejarmu, Juliet!" kata pria yang berambut hitam.

"Tidak! Yah, memang begitu, tapi tidak seperti yang kau pikirkan, Alpha!”

Sage merasa seakan tidak lagi menjejak tanah. Dia baru saja bertarung dengan salah satu alpha!

Tentu saja, dia telah bertarung dengan salah satu alpha. Seolah hidupnya belum cukup kacau!

"Apa maksudmu, Juliet?" Yang berambut jahe bertanya kepadanya. Cengkeraman di lehernya menjadi sedikit lebih longgar dan Sage bisa bernapas dengan lebih lega.

“Romeo mengerjaiku dan aku melarikan diri. Gadis ini cuma mengejarku untuk menghentikanku, Alpha,” kata Juliet.

Sage membeku, menyebabkan yang berambut hitam menatapnya. Dia telah bertarung dengan kedua alpha...

Ya, dia akan diasingkan atau mati.

"Tolong, lepaskan dia."

Kedua alpha itu saling memandang, dan di saat yang hampir bersamaan, mereka melepaskan Sage. Sage jatuh ke tanah, terengah-engah. Dia meraba rusuknya.

Juliet berlari ke arahnya dan memeluknya.

"Maafkan aku, Bintang!" Juliet membenamkan wajahnya di lekukan lehernya dan terisak.

Sage mengusap punggungnya untuk menenangkan. "Jangan lari ke hutan lagi ketika kau tidak bisa menang."

Juliet menarik diri dan menatapnya dengan wajah terkejut.

“Dia tidak mengerjaimu, Juliet. Hanya karena kau tidak bisa menang darinya bukan berarti harus melarikan diri.”

Dia membiarkan kepalanya menggantung dan mengangguk. "Maafkan aku. Apa kau masih mau berteman denganku?” Suara Juliet seperti bisikan.

Sage meletakkan jari di bawah dagunya dan mengangkat kepalanya. “Tentu saja, aku masih ingin berteman denganmu. Selama kedua alpha-mu tidak mengusirku,” kata Sage sambil tertawa, tetapi dia memang benar-benar takut akan diusir.

"Siapa kau?" Tanya si rambut jahe.

Sage berdiri dan menundukkan kepalanya. "Sage Moon, putri alpha dari kawanan Bulan Tersesat, calon astronom, dan manusia," katanya sambil menghela napas.

"Kau salah satu putri Max," katanya.

Sage mengangguk.

"Maafkan aku."

Sage berbalik untuk melihat yang berambut hitam.

"Aku tidak tahu siapa kau dan menganggapmu sebagai ancaman bagi salah satu anggota kawanan kami."

Sage tampak terkejut.

"Ada apa?" si pria berambut hitam bertanya.

Sage menghilangkan ekspresi terkejut dari wajahnya. "Belum pernah ada alpha yang meminta maaf kepadaku sebelumnya."

Dia tersenyum kecil. “Aries Astrofengiá, putra alpha, alpha dari kawanan Bulan Api dan kawanan Serigala Api.”

Ekspresi terkejut muncul kembali di wajah Sage. "Kau dinamai menurut rasi bintang?"

Dia sedikit tersenyum ke arah Sage. "Kau memang benar-benar calon astronom," katanya.

“Leo Asteri, putra alpha, alpha dari kawanan Serigala Bulan dan kawanan Serigala Api.”

Sage berbalik ke yang berambut jahe. "Kau juga?"

Dia tertawa. "Iya."

Sage mengulangi nama-nama itu di kepalanya. "Dan nama belakangmu berarti bintang, Asteri, dan cahaya bintang, Astrofengiá."

Kedua alpha itu memasang ekspresi bangga di wajah mereka.

“Sejujurnya, aku iri dengan nama-nama kalian.” Sage beradu pandang dengan Aries.

"Jangan," katanya. "Kau tidak tahu bagaimana rasanya menyandang nama-nama ini."

Continue to the next chapter of Serigala Berbintang

Discover Galatea

Cocok Untuk ApiTidak Semua Hal TentangmuSi Keily GendutDiculik Sang AlphaPeperangan Serigala

Newest Publications

Serigala MileniumMerasa DibakarAkhir PerjalananAsisten Sang Miliarder TeknologiBerahi Tak Terkendali