Peperangan Serigala - Book cover

Peperangan Serigala

Michelle Torlot

Bab 4

Gabriel

Aku tidak suka jika harus membuat anak kecil pingsan seperti itu, tetapi kata Erik memang harus begitu. Dia tidak ingin menyakitinya lagi, sama sepertiku, dan mengeluarkan peluru itu pasti sangat menyakitkan.

Segera setelah dia pingsan, Erik mulai bekerja. Serigalaku panik. Kami tidak punya jodoh, dan itu mengganggu dia dan aku, tapi yang lebih mengganggu pikirannya adalah dia tidak punya anak.

Begitu dia melihat anak ini, dengan rambut hitam gagak dan mata birunya, dia mulai mendengkur girang.

Anak... Anak kami.

Dia terus saja mengulang. Ketika Jason memberitahuku bahwa dia telah ditembak, dia menjadi marah. Mencoba mengambil kendali. Geramannya menakuti anak itu, dia berusaha keras untuk tidak menakutinya.

Setelah aku memeluknya, dia menjadi tenang.

Pun ketika Melissa datang. Kami berdua bisa mencium kebencian dan kemarahannya. Semua tahu dia membenci manusia.

Seperti halnya banyak manusia serigala lain, setelah apa yang telah mereka lakukan. Namun, dia ini hanyalah seorang anak kecil. Seharusnya tidak masalah bahwa Ellie adalah anak manusia.

Aku lega saat Erik mengusirnya, dan malah merawat Ellie.

Aku mendengar dentingan, saat Erik menjatuhkan peluru ke piring logam.

"Apakah itu…?" Aku mulai bertanya.

Erik menyela, “Tidak, ini bukan perak. Hanya peluru biasa.”

Dia mengerutkan kening, "Ini artinya mereka mencoba untuk menahan manusia agar tetap di dalam garis perbatasan, bukannya mencegah manusia serigala keluar!"

Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak masuk akal."

Erik mulai menjahit luka di lengan Ellie.

“Justru sangat masuk akal. Lihatlah dia, dia anak kecil yang sangat sakit.”

Serigalaku mulai mondar-mandir lagi.

Anak kami. Sembuhkan. Dokter harus obati.

Aku meletakkan tanganku di dahi anak itu, sepertinya sedikit menenangkan serigalaku.

“Seberapa sakit?” aku bertanya, tidak yakin aku ingin tahu jawabannya.

Erik tersenyum kepadaku.

“Kamu jatuh hati kepadanya, ya?”

Aku mengangguk, “Terlebih lagi serigalaku.”

Erik mengangguk, “Dia sangat kekurangan gizi, dan dehidrasi. Jika beberapa minggu lagi tetap dalam keadaan seperti, maka terlambat sudah. Detak jantungnya sangat lambat. Diperparah lagi dengan kehilangan darah, tapi dia kuat.

“Banyak istirahat, dan nutrisi yang baik. Butuh waktu yang cukup lama, tapi kita bisa membuatnya sehat lagi.”

Aku menarik napas lega, dan serigalaku menjadi tenang. Ketenangannya tidak bertahan lama, Erik melanjutkan.

“Entah kenapa manusia-manusia itu, Gabriel, tapi aku ragu dia satu-satunya yang berada dalam kondisi seperti ini. Dia terlalu kurus untuk anak seusianya, dan juga pernah dipukuli.

“Ada bekas luka di punggungnya. Memang bukan kewenanganku untuk menyampaikan hal ini, tapi baiknya kamu sampaikan hal ini kepada dewan.”

Serigalaku mencoba mengambil kendali, tetapi aku mendorongnya ke belakang, hanya membiarkannya menggeram.

“Setidaknya biarkan aku menyelesaikan jahitannya sebelum kau melepaskan serigalamu,” Erik masih sempat berkelakar.

Aku memutar mataku, serigalaku adalah serigala paling paternal yang kukenal. Dia benci jika ada anak-anak yang disakiti atau dilecehkan.

“Memang bukan, Erik. Ini tentang perlakuan manusia terhadap anak-anaknya, dan kau benar, aku akan berbicara dengan dewan. Aku tetap harus melakukannya.”

Erik mengerutkan kening, lalu saat merasa yakin dengan dugaannya, dia tersenyum.

“Kau ingin mengadopsinya, bukan?”

Aku mengangguk, “Kurasa serigalaku tidak akan membiarkannya pergi, dan karena dia manusia, dewan harus mengetahuinya.”

Erik selesai menjahit lukanya, lalu membalutnya.

“Aku ingin merawatnya di sini selama beberapa hari, memasang infus untuk rehidrasi tubuhnya, dan memantau asupan makanannya,” tutupnya.

Aku menggelengkan kepalaku, “Tidak, aku setuju dengan serigalaku, dia harus tinggal bersamaku. Tinggal di sini hanya akan membuatnya stres, terutama jika Melissa…”

Kening Erik berkerut. Kemudian matanya berkilat hitam. Dia bertelepati dengan seseorang, dan tidak menggunakan tautan kawanan.

Aku mendongak untuk melihat seorang perawat muda berjalan mendekat. Aku menatapnya sejenak sebelum bisa kuketahui siapa perawat ini.

“Amy?” aku bertanya.

Dia menyeringai.

“Amy kecil!” aku berseru, "terakhir kali aku melihatmu, kau masih anak yang berlarian di rerumputan."

Erik berjalan mendekat dan memeluknya.

"Sekarang, dia seorang perawat magang," dia berseri-seri, bangga.

Aku tersenyum. Aku senang melihat bagaimana anak-anak kami bertumbuh. Tak terkecuali putri Erik.

“Kau pasti sangat bangga Erik,” kataku.

Wajah Amy memerah, lalu melihat ke tempat tidur.

“Apakah ini anak itu? Kecil sekali! Berapa usianya?"

Aku menatap Erik, tidak yakin apa yang ada dalam pikirannya.

“Aku akan membolehkannya meninggalkan rumah sakit, tapi Amy akan tinggal bersamanya, dan dia perlu diinfus selama beberapa hari. Amy bisa membantu dietnya.”

Aku melipat tangan di dada.

"Kurasa aku tidak punya pilihan," dengusku.

Erik menyeringai, "Tidak, selain itu Amy telah mempelajari fisiologi manusia dan juga manusia serigala, jadi dia mungkin tahu lebih banyak tentang Ellie daripada kita semua."

Aku melirik ke arah Amy, yang sekarang berdiri di samping tempat tidur, mengamati Ellie dari dekat.

"Kamu tidak memiliki masalah dengan fakta bahwa dia adalah manusia?" Aku menyelidiki.

Amy tersenyum, dan ayahnya memutar matanya. Tampaknya, itu pertanyaan yang sedikit tidak berguna. Erik tidak memiliki masalah dengan manusia, jadi tidak ada alasan mengapa putrinya tidak seperti ayahnya. Dia telah membesarkannya dengan baik.

"Tidak ada, Alpha Gabriel, aku seorang perawat, kami merawat siapa pun yang membutuhkan, apa pun spesiesnya."

Aku mengangguk, dan meraih anak kecil itu ke dalam pelukanku. Dia lemas, tetapi tampaknya bernapas dengan normal.

“Dia akan tinggal di salah satu kamar tamu di tempatku untuk saat ini. Harus ada ruang yang cukup untuk peralatan medis. Aku akan mengatur agar salah satu kamar lain disiapkan untuk Amy.” Aku menyimpulkan.

Erik mengangguk, “Aku akan mengatur pengiriman peralatan. Sementara, Amy bisa membersihkannya, dia juga butuh baju ganti.”

Aku menggendong Ellie dari rumah sakit, dengan Amy di belakangku.

Kami berjalan ke lantai tiga. Seluruh lantai dialokasikan untuk manusia serigala senior, yaitu aku, Jason, beta-ku dan jodohnya, yang juga adik perempuanku, dan anak-anak mereka.

Kantor kami juga berada di lantai ini, ini berarti aku bisa dekat dengan anak kecil itu setiap saat, atau setidaknya hanya berjarak beberapa detik jika Amy membutuhkan bantuanku.

Kamar tamu yang aku pilih untuk Ellie berada tepat di seberang kamarku sendiri, dengan kamar tamu lain tepat di sebelah yang bisa digunakan Amy.

Aku membaringkan Ellie dengan lembut di ranjang ganda. Ranjang ini untuk ukuran manusia serigala yang normal, tapi dia terlihat sangat kecil di atasnya. Mungkin aku harus mengatur beberapa furnitur yang lebih kecil.

Ukuran tempat tidur tidak menjadi masalah, tetapi tingginya. Tetap saja untuk saat ini dia perlu istirahat, jadi baguslah jika dia tidak bisa turun dari tempat tidur sendiri.

Aku duduk di tepi tempat tidur, dan menyisir beberapa helai rambutnya dari wajahnya. Aku melihat ke arah Amy yang sedang memperhatikanku, tersenyum.

"Dia beruntung karena menemukanmu," Amy antusias, "dan beruntung dia meninggalkan wilayah manusia."

Aku tersenyum kembali dan mengangguk.

“Aku akan meninggalkanmu untuk membersihkannya. Adikku memiliki beberapa pakaian yang biasa dipakai anak-anaknya, seharusnya muat.”

Aku menunjuk ke pintu lain.

"Kamar mandinya ada di dalam."

Aku tidak ingin meninggalkan anak kecil itu. Aku tidak ingin dia terbangun di ruangan asing, dengan orang asing.

"Berapa lama dia akan tidak sadar seperti ini?" tanyaku.

Amy tersenyum, “Jangan khawatir, Alpha. Dia mungkin tidak akan bangun sampai pagi. Kamu bisa istirahat, jika dia bangun, aku akan langsung menghubungimu.”

Kita tetap di sini... tetap dengan anak... pastikan.

Serigalaku mulai mengoceh.

Aku harus setuju dengannya.

“Tidak apa-apa, Amy. Aku akan mencarikannya beberapa pakaian, lalu kembali. Serigalaku tidak terlalu ingin meninggalkannya.”

Amy terkikih, “Aku mengerti. Setelah aku menyiapkan peralatan medis, aku akan membiarkan kau duduk bersamanya. Aku akan berada di sebelah jika kau khawatir tentang apa pun.”

Aku mengangguk dan menuju pintu. Kami berdua tidak perlu begadang semalaman. Begitu anak kecilku bangun, aku akan memperkenalkannya kepada Amy dengan benar.

Aku hanya akan meninggalkan mereka begitu aku yakin dia senang. Satu-satunya serigala betina lain yang pernah berhubungan dengannya adalah Melissa. Aku akan berbicara dengan Beta-ku, Jason, tentang perilaku Melissa.

Pada waktunya aku akan memasukkan Ellie ke dalam kawanan, dan siapa pun yang memiliki masalah dengan manusia akan ditangani.

Aku mengetuk pintu kamar Jason. Aku yakin dia akan bangun, karena dia baru saja kembali dari patroli. Aku tidak mengetuk terlalu keras karena tidak ingin membangunkan anak-anaknya.

Pintu terbuka sedikit, lalu sepenuhnya ketika dia menyadari itu aku.

Dia berdiri di sana hanya dengan handuk melilit di tengahnya.

"Apakah aku menyela sesuatu?" Aku tersenyum.

Jason menyeringai, "Lima menit lagi dan aku tidak akan membukakan pintu... bagaimana kabar anak itu?"

Aku mengerutkan kening, “Dia bisa lebih baik, aku hanya berharap kau mungkin memiliki beberapa pakaian yang cocok untuknya?”

Jason mengangguk, dan menyuruhku masuk.

Dia berjalan ke pintu lain, yang aku anggap sebagai kamar tidur. Membukanya, dia menjulurkan kepalanya ke dalam.

“Jazzy, di mana kamu menyimpan pakaian anak-anak yang sudah tidak muat lagi?”

Aku mendengar Jasmine menghela napas

"Apakah itu kakakku?" dengusnya.

Jason melirik dari balik bahunya dan menyeringai kepadaku.

“Ya, ini untuk si anak kecil itu,” jelasnya.

Sesaat kemudian, adikku berjalan keluar dari kamar tidur terbungkus handuk.

"Jika ini bukan karena anak itu, sudah kuusir kamu," tegurnya, "berapa umurnya?"

“Dua belas, tapi seukuran anak serigala berusia delapan tahun,” jawabku.

Jasmine berjalan ke peti yang berdiri di dekat pintu. Dia mengambil beberapa tumpukan pakaian.

"Itu kecil, bahkan untuk manusia," katanya, sambil menyerahkan pakaian itu kepadaku.

Aku mengangguk, "Aku tahu, kasihan dia."

Jasmine berjalan ke arah Jason dan memeluk lengannya.

"Aku tahu, Jason memberitahuku tentang dia," katanya, menatap pasangannya.

Jason merangkul Jasmine.

“Jangan khawatir, sayang, Gabe akan menjaganya…” Dia menatapku, “Iya, kan?”

Aku tersenyum dan mengangguk, lalu aku menuju pintu, meninggalkan kedua sejoli itu dengan tenang.

Ketika aku membuka pintu kamar, Amy sudah mulai bekerja. Dia telah menanggalkan pakaiannya, dan meletakkan anak kecil itu di atas handuk. Amy dengan lembut membersihkannya dengan spons dan air hangat.

Kulitnya berwarna zaitun muda, tapi yang paling mengejutkanku adalah tubuhnya. Tulang rusuknya sangat menonjol sehingga aku melihatnya bergerak di setiap tarikan napasnya.

Tulang panggulnya menonjol keluar, hanya ada sedikit atau tidak ada lemak atau otot yang menutupinya.

Aku bukan dokter, tetapi sekarang aku bisa melihat betapa sakitnya dia.

Aku memberikan pakaian itu kepada Amy.

"Ini, seharusnya pas."

Amy memaksakan senyum, aku bisa melihat kesedihan di matanya. Aku tahu dia terkejut dengan keadaan anak kecil itu, dan dia adalah seorang perawat, meskipun masih dalam pelatihan.

Dia dengan lembut mengenakan celana pendek dan kaus oblong pada Ellie. Sangat cocok. Anak itu tidak akan mengeluh, walau pakaian yang dia kenakan tidak terlalu feminin.

Namun, memang tidak ada anak serigala betina di sini yang berpakaian feminin. Mereka terlalu sibuk berlari dan bermain di rerumputan.

"Kamu mungkin ingin berpaling, aku mau memasang jarum infus. Serigalamu mungkin tidak menyukainya." saran Amy.

Aku mengangguk dan membalikkan tubuhku.

Lima menit kemudian, Amy berbicara.

“Oke, sudah selesai.”

Aku berbalik untuk melihat sebuah selang yang menempel pada tangan anak itu, yang ditutupi perban.

Amy meminggirkan handuk dan pakaian lama Ellie, dan menutupi Ellie dengan selimut tebal.

Dia tampak lebih mungil sekarang, dengan kepala dan lengan di luar selimut. Rambut hitam gagaknya tergerai di atas bantal, seperti lingkaran gelap.

“Semua yang dia butuhkan dapat dimasukkan melalui infus. Nutrisi tambahan, penghilang rasa sakit, dan antibiotik," Amy menerangkan, "jika kau membutuhkan sesuatu atau jika kau khawatir, beri tahu aku.

“Aku akan kembali besok pagi.”

Aku mengangguk, dan Amy menuju ke pintu, melirik dari balik bahunya untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi.

Aku duduk di tepi tempat tidur, dan menatap anak kecil itu.

Aku meletakkan tanganku dengan lembut di kepalanya, menggosok dahinya dengan lembut dengan ibu jariku.

"Kamu aman sekarang, anak kecil, aku akan menjagamu," bisikku.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok