Galatea logo
Galatea logobyInkitt logo
Get Unlimited Access
Categories
Log in
  • Home
  • Categories
  • Log in
  • Get Unlimited Access
  • Support
Galatea Logo
Support
Werewolves
Mafia
Billionaires
Bully Romance
Slow Burn
Enemies to Lovers
Paranormal & Fantasy
Spicy
Dark
Sports
College
See All Categories
Rated 4.6 on the App Store
Terms of ServicePrivacyImprint
/images/icons/facebook.svg/images/icons/instagram.svg/images/icons/tiktok.svg
Cover image for Kesalahan Indah

Kesalahan Indah

Kejutan Hebat

KYLA

Jantungku berdebar kencang.

Jensen ada di sini.

Pria yang sudah aku tiduri itu ada denganku di sini.

Bagaimana kalau tiba-tiba dia mengatakan sesuatu tentang kejadian malam itu di depan Rhea?

"Siapa dia?" Tanya Rhea.

"Klien," jawabku. Kemudian, berpikir cepat, aku menambahkan, “Tolong kamu kembali ke kantor dan cari tahu informasi lebih banyak mengenai si bos baru. Aku mau terlihat siap ketika bertemu dengannya.”

"Baiklah!" Rhea dengan bersemangat berlari menjauh.

Pas sekali.

"Wah, kamu lagi," kata Jensen. “Senang sekali bisa bertemu denganmu di sini.”

Dia mengenakan jas. Sial, dia terlihat sangat tampan dengan setelan jas itu.

Sama tampannya tanpa setelan jas.

Aku berusaha untuk tidak memikirkan tubuh bugilnya. Kenapa dia ada di tempat kerjaku?

"Aku tidak menyangka kamu ada di sini," jawabku, dengan nada skeptis. Apakah dia mengikutiku?

"Kamu tamu di hotel ini?" Dia bertanya.

“Aku bekerja di sini. Baiklah, aku harus pergi sekarang, sudah terlambat.”

Sebelum aku bisa bergerak, dia menghentikanku. “Kalau kamu kerja di sini, aku butuh bantuanmu. Aku sudah ada janji pertemuan dengan tim manajemen.”

Tentu saja ada janji pertemuan dengan manajemen.

Dilihat dari penthouse-nya, dia mungkin pengusaha besar yang sedang berusaha membuat kesepakatan dengan hotel.

Sementara ini, aku hanya perlu menjauhkannya dari kantorku sebelum dia mengatakan hal-hal yang canggung.

Aku memberikan aba-aba kepada pelayan yang kebetulan sedang lewat, "Harold, boleh bantu bapak ini untuk menunjukkan Ruang Rapat A?"

"Tentu saja. Lewat sini, Pak.”

Saat Jensen pergi, dia menoleh lewat bahunya dan menyeringai, hampir membuatku meleleh. Dia tampan sekali.

Namun, tidak! Aku orang profesional. Aku sudah mengorbankan semua waktuku untuk bisa membangun karierku. Aku tidak mau terlihat bodoh di tempat kerjaku sendiri hanya karena laki-laki!

Ponselku berdering.

Coleen
coba tebak siapa yang bertemu dengan Kyla?
Coleen
pria dari bar itu!

Aku melihat Coleen tersenyum licik ke arahku dari meja pramutamu.

Ya ampun, dia sudah melihat semuanya.

Tiba-tiba aku langsung tersadar kalau hampir semua orang sedang sibuk bekerja di lobi hotel.

Ponselku berdering lagi.

Megan
APA?!
Marie
Kau sudah melanggar peraturan
Rose
Biarkan saja dia bahagia
Rose
😜
Kyla
Enggak
Kyla
Aku enggak tahu kalau dia ada di sini
Kyla
Nanti aku jelaskan ya

Aku langsung menuju Coleen, yang berbicara ketika aku mendekat.

"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sudah atur janji untuk bertemu pacarmu."

“Enggak. Dia ada di sini untuk urusan bisnis, sepertinya.”

"Bisnis apa?"

Aku mengangkat bahu. “Mana aku tahu. Aku baru saja mengarahkannya ke Ruang Rapat A.”

"Ya ampun." Coleen menutup mulutnya dengan tangan. "Bagaimana kalau dia manajer yang baru?"

Tubuhku langsung lemas.

Namun, aku menggelengkan kepalaku. "Enggak. Perusahaan biasanya mempromosikan orang dalam—tak akan mengambil orang luar.”

Bagaimana kalau itu benar? Aku bertanya-tanya di dalam hati, karena tiba-tiba aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Itu berarti aku sudah tidur dengan bosku sendiri! Itu adalah satu hal yang tidak boleh dilanggar dalam kunci sukses seorang Kyla Tristen.

"Tolong, jangan beri tahu tentang hal ini kepada siapa pun."

Dia menarik tangannya ke mulutnya. "Rahasiamu aman."

Ketika tiba di lantai kantor pemasaran, kutemukan Rhea sedang duduk di meja kerjanya di luar ruangan kantorku.

"Ada kabar?"

"Tidak banyak. Sepertinya perusahaan memang telah merahasiakan semuanya sebelum bisa membuat pengumuman yang resmi. Satu-satunya alasan kenapa kita bisa tahu adalah karena ada orang yang membocorkan beritanya pagi ini, dan kamu tahu sendiri bagaimana gosip bisa dengan cepat menyebar di kantor ini.”

"Jadi, kita semua belum tahu apa-apa?" aku bertanya, sambil mencoba membayangkan salah satu orang di sini yang dapat menggantikan posisi itu.

“Satu-satunya hal yang sudah aku dengar dari selentingan para sekretaris, semua orang memang belum tahu apa-apa. Kalau memang sudah ada calon penggantinya, berarti mereka masih menyembunyikannya.”

Ya Tuhan, semoga bukan si Lintah, pikirku.

Atasan langsungku, Tn. Leach—yang aku dan Rhea biasanya panggil si Lintah—telah mengincar posisi tinggi selama bertahun-tahun.

Dia sudah terang-terangan tidak menyukaiku, dan kalau ternyata dia adalah orang mendapatkan posisi itu, dia tidak hanya akan memperburuk keadaanku secara umum, tetapi aku sebenarnya takut dia akan membuat hotel ini hancur.

Aku tidak mengerti kenapa dia tidak menyukaiku. Aku berasumsi dia merasa terintimidasi oleh wanita yang percaya diri.

Dia tampak terganggu setiap kali aku mencapai prestasi di hotel ini, meskipun dia selalu berusaha ikut campur.

Dugaan Rhea jauh lebih sederhana: menurutnya adalah karena aku satu-satunya wanita di departemen pemasaran yang tidak berambut pirang.

Aku juga satu-satunya wanita yang tidak dipilih langsung oleh Tn. Leach. Tn. Mayfield-lah yang telah memperhatikan bakatku dan memberiku posisi itu.

Atau mungkin Tn. Leach hanya kesal karena aku bukan penjilat seperti wanita yang biasanya dia pilih.

Ponsel Rhea berdering, dan dia meliriknya, raut wajahnya berubah.

"Omong-omong soal selentingan sekretaris, Kim bilang kamu terlambat untuk rapat."

"Apa!?" Kim adalah sekretaris Tn. Mayfield. Itu berarti aku sudah ada janji pertemuan dengan Tn. Mayfield. "Bagaimana aku tidak tahu tentang ini?"

"Dia bilang dia sudah mengirim email pagi ini." Dia tersipu. “Namun, aku belum memeriksa emailku karena aku berusaha memberitahumu tentang berita bos baru. Maafkan aku, Kyla.”

"Tidak apa-apa," aku meyakinkan. “Ini salahku sendiri karena datang terlambat. Di mana rapatnya?”

“Ruang Rapat A.”

Di situlah tadi aku mengarahkan Jensen.

Sial! Sekarang, teman kencan satu malamku akan melihat aku datang terlambat ke pertemuan di kantorku sendiri.

Cara dia menatapku sebelumnya...aku hanya bisa berharap dia tidak akan mengatakan sesuatu yang canggung di depan orang-orang. Bahkan hal-hal kecil dapat menyulut gosip besar di kantor ini, dan aku belum siap menghadapinya.

Aku berbalik dan bergegas menuju lift.

Aku merapikan rok yang aku kenakan, memastikan aku terlihat tenang sebelum memulai rapat dengan tim manajemen yang tidak direncanakan ini.

Pagi ini adalah kejutan hebat.

Aku menerobos pintu ruang rapat untuk menemui seluruh tim manajemen dan beberapa asisten eksekutif yang tingkat jabatannya setara denganku, mereka sedang duduk mengelilingi sebuah meja besar.

"Senang sekali Anda akhirnya bergabung dengan kami, Nn. Tristen," kata suara yang ketus.

Aku menoleh dan melihat Tn. Leach memelototiku.

Kemejanya digulung, memperlihatkan lengan kurusnya. Dia terlihat sangat berkeringat, menyebabkan noda di kancing putihnya dan membuat kulitnya berkilau. Pembuluh darah di dahinya berdenyut-denyut.

"Maaf," kataku. Tidak ingin membuat alasan, aku berhenti di situ dan duduk di kursi yang belum ditempati.

Si Lintah kembali membuka mulutnya untuk lanjut menegurku, tetapi dipotong Tn. Mayfield.

“Seperti yang telah saya sebutkan, efektif segera, saya akan pindah ke cabang Inggris untuk bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga. Untuk mengisi kekosongan, General Manager yang baru telah ditunjuk. Seorang pria yang telah berpengalaman mengelola berbagai bisnis Hawksley Enterprises selama bertahun-tahun. Beliau adalah Tuan Jensen Hawksley!”

Sial.

Tubuhku langsung luluh lantak.

Sial. Sial. Sial.

Tn. Mayfield menunjuk ke pojok ruangan, sosok pria yang tidak kusadari berada di sana kemudian berdiri.

Jensen.

Coleen benar.

Aku menarik napas dalam. Bagaimana ini mungkin?

Orang-orang bertepuk tangan saat Jensen melangkah maju. Dia satu-satunya orang yang berdiri, dan tubuh besarnya menjulang di atas semua orang.

“Terima kasih, Tn. Mayfield, atas perkenalan yang luar biasa itu. Aku yakin banyak dari kalian semua yang lebih mengenal saudaraku, Julian, CEO Hawksley Enterprises, tetapi aku dapat meyakinkan kalian, aku sama berbakat dan berpengalamannya.

“Aku mengerti Tn. Mayfield memimpin kalian dengan sangat baik, dan hotel ini adalah salah satu yang paling kami banggakan. Namun, aku secara khusus ditunjuk untuk mengisi posisi ini karena pengalaman merambah bisnis dengan sukses. Aku akan mengembangkan bakat-bakat kalian semua melalui proses efisien, dan akan melakukan pemotongan hubungan kerja bagi siapa saja yang tidak bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

“Aku ingin kalian semua kembali ke departemen masing-masing dan memastikan semua orang bekerja maksimal. Karena aku akan terus memeriksa dan mengevaluasi kinerja kalian hingga mencapai standar, sebelum aku memutuskan apakah kalian layak dipertahankan.”

Aku hanya bisa menelan ludah.

Jensen yang kutemui malam itu lebih tenang dan berkarisma, tetapi di sini dia menunjukkan sisi lainnya yang keras dan tegas.

Jensen melanjutkan, “Aku tidak ingin membuang waktu lagi. Tolong, kembali ke meja masing-masing, sebarkan poin efisiensi kepada staf, dan bekerja keraslah untuk menjadikan hotel ini yang terbaik.”

Dengan gumaman mantap, semua orang mulai bangkit dari tempat duduk dan pergi. Aku melihat Tn. Leach langsung menuju ke arahku, dengan otot-otot di lehernya menegang, dan aku berusaha menguatkan diriku.

“Kamu terlambat hampir 20 menit, Tristen. Kamu pikir bisa melenggang ke sini sesuka hatimu? Dan berharap kami semua akan menunda semua urusan sebelum kedatanganmu?”

Aku menahan balasan, mencoba tetap profesional, dan hanya berkata, “Aku janji ini tidak akan terulang lagi.”

Dia mengepalkan tangannya. “Bagus, ini tidak akan terulang lagi. Atau—"

Tiba-tiba Jensen muncul. "Tn. Leach, senang bertemu denganmu.” Dia mengulurkan tangannya, dan pria itu terkejut.

"Sama-sama," kata Lintah, matanya berbinar seperti ingin membuat bos baru ini terkesan.

“Kalau aku tidak salah, Anda Kepala Pemasaran di hotel ini. Aku ingin tur keliling hotel, dan bisakah aku minta salah satu dari staf ahli pemasaran Anda untuk membantu? Mereka yang paling paham mengenai nilai jual dan keunikan hotel ini.”

Si Lintah menjilat bibirnya. “Aku akan dengan senang hati memberikan tur ini untuk Anda.”

"Aku tidak ingin membuang waktu Anda yang berharga," jawab Jensen. "Aku belum sempat bertemu dengan staf Anda yang tadi datang terlambat, jadi apa bisa dia saja yang memberikan aku tur?"

Dia melirik ke arahku dengan seringai yang agak kurang pantas untuk sekadar rekan bisnis. Si Lintah sepertinya bisa merasakan kejanggalan di antara kami berdua, dan menatapku dengan curiga.

Ini adalah hal yang paling aku takutkan.

Tolong, pergi saja dengan si Lintah dan jauh-jauh dari aku!

Melihat keraguan Tn. Leach, Jensen menambahkan, "Anggap saja hukuman atas keterlambatannya."

Si Lintah memandangku dari atas hingga bawah dan menyeringai. "Baiklah."

Aku berceloteh dalam hati, Tn. Leach pasti sangat puas mendengar aku akan dihukum.

Apa yang akan dia pikirkan jika tahu Jensen memang pernah menghukumku di kasur?

Aku menggelengkan kepalaku. Dia adalah bos baruku. Aku tidak bisa membiarkan diriku tergoda oleh kejadian di malam itu dengannya.

Namun, aku tidak bisa menolak memberikan tur ini. Aku mengarahkan Jensen menuju lift, sambil berharap dia tetap profesional dan tidak membahas kejadian malam itu.

Begitu pintu tertutup, Jensen langsung bertanya, “Mengapa kamu pergi tanpa pamit?”

Itu dia.

Masa iya, hal ini yang dia pikirkan pada hari kerja pertamanya yang penting?

"Bisakah kita tidak membahasnya, Tn. Hawksley?"

Dia menyeringai dan mengangkat alis. “Jadi, sekarang aku Tn. Hawksley? Karena malam itu, aku membuatmu berteriak ‘Jensen’.”

“Ini tidak profesional, Tn. Hawksley. Kita sekarang rekan bisnis.” Namun, bahkan ketika aku berbicara, aku bisa mencium bau kolonye dengan jelas dan membawaku kembali ke malam itu, membayangkan jari-jari halusnya sedang membelai tubuhku.

Lift berdenting hingga berhenti.

Sebelum pintu bisa terbuka, Jensen menekan dan menahan tombol tutup pintu. “Kita memang rekan bisnis, Kyla. Dan aku ingin mengenalmu lebih dalam.” Dia mengangkat tangannya dan dengan lembut mengusap ibu jarinya di pipiku.

Tangan itu benar-benar hangat dan halus, dan…Ya Tuhan.

"Kau bosku," aku berhasil balas.

Dia menatapku dalam-dalam dengan mata biru lautnya. "Apakah kamu ingin aku berhenti?"

Dengan terengah-engah, aku menjawab:

"Tidak."

Sial.
Continue to the next chapter of Kesalahan Indah

Discover Galatea

Budak Sang NagaColtDitandaiPutri Sang NagaPerantara yang Menawan

Newest Publications

Serigala MileniumMerasa DibakarAkhir PerjalananAsisten Sang Miliarder TeknologiBerahi Tak Terkendali