Jalan Menuju Steel - Book cover

Jalan Menuju Steel

Tinkerbelle Leonhardt

Dua Peminat

PAXTON

Aku harus keluar dari rumah ini. Setelah apa yang kukatakan kepada Ayah? Mengungkit masa lalu yang buruk lagi? Terlalu canggung untuk menghadapinya.

Terkurung sendirian di kamarku, aku melihat ke luar jendela ke mobilku. Aku tidak ingat memarkirnya di sana. Karena... oh, benar. Aku tidak mengemudi.

Ding, ding, ding—aku tahu sekarang.

Wah, pikiranku lambat pagi ini.

Kenapa aku tidak berkendara pulang? Karena seseorang menyetir untukku, mungkin menyelamatkan hidupku yang sedang mabuk saat itu.

Setidaknya aku berutang terima kasih kepadanya, bukan? Dan itu alasan bagus untuk keluar dari rumah ini.

Namun, bagaimana cara menemukan Connor Steel yang misterius? Dia menyebutkan pekerjaan, aku ingat. Sesuatu yang maskulin, tentu saja. Apakah konstruksi atau pertukangan?

Bukan. Baru sekarang aku sadar, setelah melihat mobilku.

Karena Connor Steel adalah seorang mekanik. Tipe pria yang tidak pernah kupikirkan akan membuatku tertarik. Namun, aku tidak pernah berpikir akan kembali ke kota tidak penting ini, jadi aku membuka laptop untuk memulai pencarian Google.

Aku membaca ulasan buruk tentang Steel Mechanics. Mereka tampak begitu... standar. Tidak ada kata yang lebih baik.

Mereka pengendara motor, lantas apa? Itu berarti mereka mungkin tahu cara memperbaiki mesin lebih baik daripada orang lain.

Artinya tangan mereka terampil menangani mesin.

Untuk sesaat aku merinding, memikirkan tangan Connor di tubuhku.

Aku berdiri, mengusir gagasan itu, dan mencoba mencari tahu apa yang akan aku kenakan.

Aku memutuskan sepatu bot hitam, jins skinny pudar, tank top putih, dan jaket kulit hitam, aku dengan ringan menambahkan riasan dan merapikan rambut panjang cokelatku dengan jari-jari.

Aku hanya ingin tampil baik-baik saja dan merasa bertekad.

Kemudian aku mengambil tasku, menyelinap menuruni tangga, melompat ke dalam mobil, dan berangkat. Aku memakai kacamata hitam, jendela diturunkan, dan Def Leppard meledak dari stereo mobilku… Memang terdengar sangat klise, tapi aku tidak bisa menahannya.

Apakah aku menginginkan perhatiannya? Tentu saja ya.

Aku memarkir mobil Dodge Charger-ku, dan terkejut melihat jumlah pengendara motor di sana.

Sekarang aku bisa melihat kenapa ulasan Google sangat penting. Dari luar, mereka memang tampak... mengintimidasi. Kepercayaan diriku sedikit goyah.

Mereka semua memandangi mobilku dengan tatapan yang kuharap adalah penghargaan. Bagaimanapun, itu kendaraan luar biasa. Aku menutup jendela dan mematikan mesin.

Aku menelan ludah saat diselidiki secara visual oleh para pria yang tampak galak, aku melepaskan jaket kulit hitamku karena mulai berkeringat di bawah matahari Texas yang bengis.

Lenganku telanjang, memperlihatkan tato lengan penuhku, aku keluar dari mobil dan berjalan menuju resepsionis bengkel.

"Padahal kukira kau tidak akan mengingatku," suara serak memanggil dari kawanan pria besar, menarik perhatianku.

Dia melangkah maju dengan baju kerja bengkel terusan biru terlipat di pinggang, baju dalam tak berlengan berlumur minyak, serta tato di dadanya yang lebar dan berotot dan di lengannya yang terpahat.

Rambut hitamnya disisir ke belakang, dan mata yang menghantui itu memandangiku dari atas ke bawah.

Mau tak mau aku menggigit bibirku sebagai apresiasi kuat atas semua hal yang telah menciptakan manusia bak dewa ini.

Aku menarik napas dalam, lalu bergerak maju ke arahnya. “Awalnya, aku sebenarnya tidak ingat.”

"Aku menyelinap masuk ke pikiranmu, kan?" Dia tertawa.

“Ya, kau jelas meninggalkan kesan. Mengingat aku…”

"Mabuk berat."

"Tepat."

Anak buahnya mengawasi kami dengan sangat cermat, seolah-olah kami adalah pria dan wanita pertama yang pernah mereka lihat bercanda dalam hidup mereka. Aku melihat ke kiri dan ke kanan dengan hati-hati sebelum menyelipkan rambutku ke belakang telinga.

“Aku ingin berterima kasih. Aku tidak dalam kondisi baik untuk mengemudi.”

"Sama-sama."

Gigi putihnya berkilauan saat tersenyum.

Tentu saja berkilauan, kau lambang yang memikat dari semua hal yang maskulin dan seksi.

Suatu hari nanti, aku akan keceplosan membatin jika tidak berhati-hati.

"Jadi," kataku, membiarkan rasa ingin tahuku mengambil alih, "katakan. Apa artinya 'lain kali'?”

"Oh itu?" Connor mengangkat bahu. "Tidak. Aku hanya mengatakan itu agar ayahmu tidak bisa tidur semalaman karena mencoba mencari tahu.”

Kami berdua tertawa kecil. Jadi, dia suka cari masalah dengan pihak berwenang juga, ya? Mungkin kami punya sedikit lebih banyak kesamaan daripada yang terlihat.

Namun, sebelum bisa menjawab, aku merasakan dengungan di tasku. Aku mengeluarkan ponselku.

OlliePaxton-Rose!
OllieSemalam seru 😉
PAXTONeh... hai ollie?
PAXTONmaaf aku bingung
PAXTONapa yang terjadi?
OllieKau tidak ingat?
OllieKita punya rencana, sayang!
OllieUntuk kencan kecil malam ini.

Aku setuju berkencan dengan Ollie? Si bartender dengan pesona kuno? Astaga. Connor Steel benar. Aku sungguh mabuk berat. Aku tidak pernah memilih pria baik-baik.

Merasakan matanya menatapku, aku tahu pipiku memerah dan mematikan ponselku.

"Seseorang yang penting?" Dia bertanya.

“Hanya... ah, Ollie. Sebenarnya."

“Oleander? Apa yang dia inginkan?”

“Rupanya kami membuat rencana untuk, um…”

Aku tidak ingin mengatakannya. Dan aku rasa tidak perlu. Karena hal berikutnya yang kutahu, Connor melangkah ke arahku.

Kami begitu dekat, aku bisa merasakan panas dari tubuh berototnya memancar ke arahku. Dengan tingginya yang kisaran 1,85 meter, tubuhnya jauh lebih besar dari tubuh mungilku.

Aku bergidik berada di dekatnya.

"Paxton," katanya, "aku rasa sebaiknya kau tidak pergi ke mana pun dengan Oleander."

"Kenapa…tidak?"

Mulutku tiba-tiba terasa kering.

"Karena aku sendiri yang akan mengajakmu pergi,” kata Connor.

Kata-katanya melontarkan ledakan kegembiraan tepat di antara pahaku. Aku harus menggigit bibirku untuk berhenti mengerang saat bisikan seraknya menyalakan indraku.

Gelombang nafsu tiba-tiba menghantam begitu kuat sehingga aku tidak bisa berpikir jernih. Aku berjuang untuk berkonsentrasi pada apa pun selain napas panasnya yang mengipasi tubuhku yang terbakar nafsu.

Syukurlah, ponselku berdenging lagi.

OllieJadi, bagaimana menurutmu, sayang?
OllieAku akan menghormati apa pun yang kau putuskan
OllieItulah yang pantas kau dapatkan.

Mungkin Ollie benar. Tentu, dia agak kuno untuk seleraku, tapi setelah 10 tahun terakhir yang kulalui, hal terakhir yang aku butuhkan adalah... ini.

Seorang pria seperti Connor Steel.

Dia berbahaya dengan huruf kapital B, dan aku tidak bisa tenggelam dalam dirinya.

Bahkan jika tubuhku memohon hal berbeda.

OllieJadi?
PAXTONbaik ollie. jemput aku pukul 7
Ollie👍🏻
Ollie🤠

Aku mundur selangkah dari Connor Steel, memaksa diriku untuk melepaskan diri. Aku berusaha mengembalikan keseimbangan diri. Akhirnya, aku bisa bernapas.

Matanya menyipit. Aku tahu dia tidak suka, tapi aku tidak punya pilihan lain.

"Aku hanya datang ke sini untuk...berterima kasih," aku tergagap. "Karena sudah membantuku."

“Dan malam ini? Kau akan pergi dengan...Ollie?”

Dia mengatakan nama itu seolah-olah itu adalah kutukan, hampir meludahkannya.

"Ya, aku akan menghabiskan malam ini dengan temanku, Oleander."

Penekanan lembut pada ’teman’ yang kuharap dia akan mengerti.

“Paxton.” Dia menghela napas. "Kau dan aku sama-sama tahu pria itu tidak mengejar persahabatan."

Apakah aku tahu itu? Sulit mengatakannya. Kembali ke masa SMA, aku ingat bahwa Ollie menyukaiku. Padahal itu 10 tahun yang lalu. Tentunya cinta monyetnya sudah mereda sekarang?

Namun, siapa yang tahu?

Mungkin aku bisa belajar menyukainya. Ollie manis dan tampak tulus, dan jelas tidak membuatku kehilangan akal hanya dengan berdiri di sampingku.

Tentu dia sedikit konyol, tapi juga punya aura pria sejati. Mungkin sudah waktunya untuk memberi kesempatan kepada pria yang baik.

Aku menatap mantan narapidana seksi di depanku, menguatkan diri untuk apa yang akan kukatakan.

"Sebenarnya, Connor, dia pilihan lebih aman..."

"Jadi, ayahmu menceritakan sejarahku?"

“Dia menyebutkannya, tapi bukan itu yang kumaksud. Aku tidak peduli tentang sejarah atau kaitanmu dengan pihak lain. Dia...praktis. Mungkin sedikit membosankan…”

"Seperti roti panggang kering," sela Connor.

“Oke, tentu. Namun, dia baik... dan tidak rumit. Kau? Aku tidak tahu siapa dirimu…”

Untuk sesaat, aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Connor. Apakah aku gila menolaknya di markasnya sendiri? Mungkin. Namun, mungkin itu yang dia suka dari seorang wanita. Seseorang yang tidak takut mengatakan ’tidak’.

"Baiklah, Paxton," katanya sambil tersenyum. "Kau bisa menikmati kencan kecilmu dengan Oleander. Pergilah dengannya jika kau harus membuktikan sesuatu kepada diri sendiri, tetapi besok? Besok kau milikku, mengerti?”

Dia tidak mengatakannya sebagai pertanyaan. Itu adalah tuntutan. Tuntutan yang tak mampu kutolak. Jika dia maju selangkah lagi, aku akan kacau.

Namun, aku sangat ingin bercinta dan bercinta lagi hingga tak sadar dan mencapai orgasme.

"Baik," bisikku. Hanya itu yang bisa kulakukan.

Kemudian, sebelum aku bisa menghentikannya, Connor mencondongkan tubuh ke depan dan menempelkan bibirnya yang lembut ke daun telingaku.

Membuatku menggigil.

“Aku akan menjemputmu besok pukul sembilan. Bersenang-senanglah dengan si roti panggang kering.”

Lalu dia menggigit daun telingaku, mengisap cupingnya yang lembut, membuatku mengerang sebelum bisa menahan diri. Puas, dia melangkah mundur.

"Jika aku bisa mendapatkan reaksi itu dari telingamu, bayangkan apa yang bisa dilakukan lidahku dengan vaginamu."

Mulutku terbuka saat dia mencium pipiku dan berbalik pergi, semua anak buahnya menyeringai kepadaku dengan sengaja.

Aku melihat bajingan itu berjalan menjauh dariku saat pikiranku dipenuhi pikiran erotis yang terlalu detail.

Aku naik kembali ke mobilku dengan napas terengah-engah dan pulang ke rumah. Membayangkan aku harus bersiap-siap untuk kencan dengan... Ollie. Setelah itu. Setelah apa yang baru saja aku alami.

Itu sama sekali bukan bayanganku tentang bagaimana hari ini akan berjalan, tapi sekarang aku di sini, menggosok pahaku yang menahan denyutan di kewanitaanku yang basah dan menginginkan batang pria tampan yang kasar milik si pengendara motor yang mantan narapidana.

Berhenti!

Aku mencoba mengendalikan diri.

Namun, aku tahu, sekarang setelah Connor Steel merasakan diriku, aku tidak akan bisa menahan diri sampai merasakannya juga.

Astaga, aku dalam masalah.

Next chapter
Diberi nilai 4.4 dari 5 di App Store
82.5K Ratings
Galatea logo

Unlimited books, immersive experiences.

Galatea FacebookGalatea InstagramGalatea TikTok